Reporter: Dityasa H. Forddanta | Editor: Yudho Winarto
“Karena kami mempunyai kebun (hulu) yang berdekatan dengan refinery (hilir), yang kurang lebih sekitar 30 km jarak satu dengan lainnya. Perseroan dalam melakukan efisiensi dan mengendalikan biaya yang mengedepankan upaya-upaya yang terbaik untuk kualitas CPO,” tutur Hartono.
Manajemen SSMS tak menampik penurunan harga CPO pada 2018-2019 mempengaruhi industri kelapa sawit nasional dan dinamika fundamental perseroan.
Untuk itu, Hartono menjabarkan pihaknya mengedepankan tata kelola biaya operasional yang efisien, seperti pemupukan secara optimal dan menjaga infrastruktur tetap terjaga dengan baik. “Kami juga melakukan efisiensi pada sektor back office,” ucap Hartono.
Baca Juga: PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) Menyediakan Dana Belanja Rp 550 Miliar
Pada 2020 hingga awal tahun ini, tren harga CPO, palm kernel (inti sawit), dan produk turunan lainnya cenderung meningkat sehingga SSMS dapat mengelola tren positif ini dengan konsistensi mengimplementasikan manajemen operasional yang efisien sehingga keuntungan perseroan diproyeksikan meningkat pada 2021.
Di sisi lain, ekspor produk hilir CPO SSMS pada 2021 diestimasikan berpeluang meningkat seiring dengan ratifikasi Indonesia-European Free Trade Association Comprehensive Economic Partnership (IE-CEPA).
Lantaran demikian, manajemen SSMS berancang-ancang menggenjot ekspor produk minyak sawit mentah hilir ke EFTA, yang terdiri atas Swiss, Islandia, Norwegia, dan Liechtenstein. Dalam referendum 7 Maret lalu, sebanyak 51,70% rakyat Swiss menyetujui perjanjian dagang IE-CEP itu.
Sekitar 70% penjualan CPO Sawit Sumbermas Sarana pada 2020 dikontribusikan dari penjualan ke anak perusahaan perseroan, yaitu PT Citra Borneo Utama (CBU), anak perusahaan SSMS yang memproduksi produk hilir CPO.