Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi Covid-19 di Indonesia telah berlangsung selama satu tahun sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus perdana di Indonesia pada 2 Maret 2020. Sepanjang periode tersebut, sejumlah saham berhasil mencetak kinerja moncer.
Merangkum top 5 Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), indeks LQ45, dan indeks KOMPAS 100, saham yang menorehkan kinerja paling ciamik pada periode tersebut adalah PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BRIS) dengan kenaikan hingga 1.195,45%. Disusul PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk (AGRO) yang melesat 815,54% dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) yang menguat 520,69%.
Selanjutnya, ada PT Aneka Tambang (ANTM) yang meningkat 374,78%, PT Timah Tbk (TINS) +256,52%, PT Vale Indonesia Tbk (INCO) +139,79%, PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) +104,60%, PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) +142,50%, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) +135,55%, PT Wismilak Inti Makmur Tbk +697,30%, dan PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) +290,38%. Jika dilihat, jajaran top gainers ini dominan diisi saham pertambangan logam, bank, dan farmasi.
Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati mengatakan, kenaikan yang terjadi pada ANTM, TINS, INCO, dan MDKA didorong oleh kabar rencana Tesla yang ingin berinvestasi di Indonesia untuk mengembangkan industri baterai mobil listrik. Selain itu, ANTM dan MDKA yang merupakan penambang emas juga memperoleh katalis positif dari kondisi krisis yang ada.
Baca Juga: Simak rekomendasi analis untuk saham-saham dengan kenaikan fantastis di masa pandemi
Sebagaimana diketahui, emas merupakan salah satu instrumen safe haven yang menjadi pilihan investor di saat krisis perekonomian dan kenaikan risiko pada instrumen lainnya.
"Pada saat harga emas naik, maka average realize price untuk penjualan emas milik ANTM dan MDKA pun meningkat sehingga profit mereka pun menjadi lebih tebal," tutur Ike saat dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/3).
Kemudian, BRIS mencatatkan kinerja moncer karena mampu membukukan pertumbuhan pendapatan yang tetap baik di tengah pandemi. Terlebih lagi, emiten ini melakukan aksi korporasi dengan nilai yang besar berupa penggabungan bank syariah BUMN sehingga menjadi bank syariah terbesar di Indonesia.
Hal yang sama juga terjadi pada saham AGRO. Menurut Ike, kenaikan harga sahamnya lebih disebabkan oleh adanya rencana korporasi berupa pembentukan bank digital. Untuk KAEF, harga sahamnya berhasil melesat karena mendapat keuntungan dari distribusi vaksin Covid-19.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony menambahkan, kenaikan yang terjadi pada saham komoditas logam didorong oleh adanya quantitative easing (QE) dari Amerika Serikat sehingga pelaku pasar berinvestasi ke instrumen komoditas.
Saham perbankan terkerek oleh isu merger, sedangkan saham farmasi terdorong optimisme investor terhadap kenaikan kinerja perusahaan karena pandemi Covid-19.
Menurut Ike, valuasi TINS dan KAEF sudah overvalue, sementara INCO, ANTM, MDKA, BRIS, dan AGRO masih berada dalam level wajar.
"Saham yang tercatat wajar artinya cenderung masih dapat dilakukan pembelian. Adapun saham yang tercatat overvalue cenderung lebih berisiko terjadi profit taking," ungkap Ike.
Sementara Chris menilai, fundamental saham-saham tersebut berada pada area yang cukup tinggi, terlepas dari proyeksi bahwa labanya akan naik.
"Untuk saat ini, investor sebaiknya menunggu terlebih dahulu untuk melihat apakah kenaikan harga saham tersebut juga menggambarkan kinerjanya yang membaik," kata Chris.
Selanjutnya: Berikut deretan saham paling moncer di tengah pandemi Covid-19
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News