Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tepat satu tahun Covid-19 ada di Indonesia, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami jatuh bangun. Pada 24 Maret 2020 IHSG menyentuh level terendah yakni di 3.937,63. Kini, IHSG sudah kembali bergerak naik dan pada penutupan perdagangan Selasa (2/3) IHSG menguat 0,33% ke level 6.359,21.
Pada periode 2 Maret 2020-2 Maret 2021, ada beberapa saham yang mengalami kenaikan harga fantastis. Dua saham tersebut merupakan emiten pertambangan emas yakni PT Aneka Tambang (ANTM) yang menguat hingga 374,78% dan PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) yang melonjak 104,60%.
Head of Investment Research Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai, emiten pertambangan emas ini diuntungkan oleh kenaikan harga emas yang kian kinclong di tengah pandemi Covid-19. Pada tahun lalu emas makin diburu lantaran termasuk aset lindung nilai alias safe haven. Saham emiten tambang nikel juga terpantau melanju di tengah pandemi, misalnya PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 139,79%.
“Kenaikan harga komoditas nikel mendorong harga saham emiten nikel seperti INCO dan ANTM. Hal ini juga karena adanya ekspektasi akan dibangun pabrik baterai kendaraan listrik di Indonesia,” ungkap Wawan ketika dihubungi Kontan.co.id, Selasa (2/3).
Baca Juga: Berikut deretan saham paling moncer di tengah pandemi Covid-19
Selanjutnya, saham-saham yang juga mencetak kenaikan harga sepanjang masa pandemic ada PT Timah Tbk (TINS) yang menguat 256,52%, PT Tjiwi Kimia Tbk (TKIM) naik 142,50%, dan PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) melesat 256,52%.
Adapun saham perbankan PT Bank Syariah Indonesia TBk (BRIS) bahkan terkerek hingga 1.195%, PT Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk tumbuh 815,54%, saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) menguat 520,69%.
Wawan bilang, meningkatnya permintaan kertas di tengah pandemi menjadi salah satu faktor naiknya saham emiten kertas seperti TKIM dan INKP.
Ia memandang kinerja kedua emiten ini masih cukup baik di tengah pandemi karena kebutuhan pesan antar makanan ke rumah masih tinggi.
“Yang lainnya lebih karena ada aksi korporasi, seperti BRIS ada merger bank syariah dan AGRO menjadi bank digital,” tambah Wawan.
Lebih lanjut ia memandang kinerja perbankan pada tahun ini akan berangsur pulih, namun untuk AGRO sendiri memiliki pesaing cukup banyak yang berkecimpung di bank digital.
Secara keseluruhan ia mengungkapkan memang saham-saham dengan peringkat kenaikan tertinggi ini kebanyakan bukan dari sektor yang terbilang anti krisis. Akan tetapi lebih kepada aksi korporasi yang dilakukan emiten.
Wawan menjagokan saham seperti ANTM, INCO, INKP, dan BRIS lantaran memiliki prospek yang masih cerah. Terlebih emiten yang berkaitan dengan nikel, ia memprediksi harga nikel akan cenderung stabil dan bisa meningkat dalam jangka tiga sampai empat tahun ke depan.
Ia memasang target harga untuk ANTM di Rp 3.000, INCO dengan target harga Rp 6.000, dan INKP di harga Rp 14.000 per saham.
Selanjutnya: Dapat guyuran insentif, prospek sektor properti kian cerah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News