Reporter: Yuliana Hema | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Entitas Grup Djarum PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) akan terus mengoptimalkan segmen non menara. Ini sejalan dengan meningkatnya kontribusi fiber optik.
Menilik laporan keuangan per 30 September 2023, pendapatan naik 7,55% secara tahunan atau Year on Year (YoY) menjadi Rp 8,71 triliun, dari Rp 8,10 triliun hingga kuartal III-2022.
Rinciannya, sewa berkontribusi sebesar Rp 7,89 triliun terhadap pendapatan TOWR. Ini meningkat 6,54% secara tahunan menjadi Rp 7,40 triliun per September 2022.
Pendapatan jasa dan lainnya menyumbang Rp 826,41 miliar atau naik 18,21% YoY. Segmen ini berisikan wireline, Very Small Aperture Terminal (VAST), International Private Leased Circuit (IPLC) dan managed services.
Baca Juga: Laba Bersih Sarana Menara Nusantara (TOWR) Capai Rp 2,55 Triliun per Kuartal III-2023
Direktur Utama Sarana Menara Nusantara Aming Santoso menyampaikan selama periode 2016 hingga 2023, pendapatan segmen menara rata-rata tumbuh 8% per tahun.
"Sementara pertumbuhan non menara sepanjang 2016–2023 mencapai rata-rata 53% dengan kontribusi terbesar datang dari Fiber To The Tower (FTTT)," jelas Aming, Rabu (1/11).
Per September 2023, TOWR telah mengakumulasi lebih dari 196.000 kilometer (km) fiber optik. Kabel fiber optik itu lah yang menghasilkan pendapatan di lini bisnis FTTT dan broadband.
Aming mengatakan TOWR juga akan terus ekspansi ke segmen konektivitas untuk melayani klien enterprise. Sejalan dengan itu, dia berharap utilisasi fiber optik TOWR kan meningkat.
Sejalan dengan itu, TOWR telah merealisasikan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp 4,53 triliun selama sembilan bulan pertama di 2023.
"Dan hampir 60% dari menyerapakan belanja modal itu digunakan untuk segmen non menara termasuk akuisisi," kata Aming.
Namun TOWR tak serta merta melupakan bisnis penyewaan menara. Emiten menara telekomunikasi ini juga akan tetap meningkatkan kontribusi segmen ini.
Baca Juga: Prospek Bagus, Analis Saran Beli Saham Blue Chip Telekomunikasi yang Turun Harga
"Industri telekomunikasi Indonesia telah mengarah ke yang lebih baik sesudah beberapa peserta industri menjalani beberapa kali konsolidasi," kata Aming.
Dari sisi bottom line, TOWR mencetak laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 2,41 triliun. Ini turun 5,20%.
Tekanan itu utamanya berasal membengkaknya beban pokok pendapatan. Sepanjang periode Januari–September 2023 beban pokok TOWR naik 12,91% YoY menjadi Rp 2,46 triliun.
Amin tak menampik penurunan kinerja laba bersih itu. Dia mengatakan tingkat suku bunga yang lebih tinggi di 2023 ini cukup membebani kinerja TOWR.
Analis Indo Premier Sekuritas Giovanni Dustin mencermati secara keseluruhan pendapatan dan EBITDA TOWR hingga kuartal III-2023 sesuai dengan harapannya.
"Peningkatan kinerja bisnis menara secara berurutan yang mendukung rekomendasikan beli pada saham TOWR," jelasnya.
Namun TOWR beberapa risiko negatif yang mungkin dihadapi. Pertama, rendahnya pertumbuhan sewa. Kedua, tekanan pada tarif sewa.
Adapun Indo Premier Sekuritas merekomendasikan beli TOWR dengan target harga Rp 1.400 per saham. Hingga akhir perdagangan Rabu (1/11), harga saham TOWR ditutup di level Rp 850.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News