Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Prospek komoditas batubara yang masih suram membuat Samuel Sekuritas Indonesia mengubah rekomendasi saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dari semula beli (buy) menjadi jual (sell).
Dalam risetnya pekan lalu (20/5), Analis Samuel Sekuritas Indonesia Dessy Lapagu mengatakan pasar batubara global masih akan tertekan akibat sentimen pandemi corona (Covid-19). Pelemahan terjadi pada sisi pasokan dan permintaan.
Baca Juga: Sah, OJK setujui pengangkatan Chandra Hamzah cs jadi pengurus baru Bank BTN
Dari sisi pasokan, Afrika Selatan yang berkontribusi 7% terhadap pasar batubara global mengalami penurunan permintaan domestik sehingga negara tersebut kini berfokus untuk mengurangi produksi serta volume ekspornya. Sementara dari sisi permintaan, pelemahan didominasi berasal dari negara importir batubara terbesar yaitu China dan India.
“Menurut riset Argus Seaborne Outlook, import batubara India berpotensi turun 15 juta ton menjadi 170 juta ton pada 2020 ini,” tulis Dessy dalam riset, Rabu (20/5).
Lebih lanjut, pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) turut mempengaruhi penurunan konsumsi batubara Perusahaan Listrik Negara (PLN). Meski ada kenaikan penggunaan listrik dari segmen residential (41,7% terhadap penjualan listrik PLN), namun hal ini belum mampu menutup pelemahan dari segmen industri dan komersial.
PTBA sendiri tidak menampik serapan energi listrik untuk industri dalam negeri saat ini dalam kondisi menurun setidaknya mulai bulan April 2020. Saat paparan publik yang digelar awal bulan lalu, Mega Satria, Direktur Keuangan Bukit Asam mengatakan PLN dan PT Indonesia Power (PTIP) pun sudah mengajukan penurunan pasokan batubara dari PTBA.
Baca Juga: Ini isi portofolio produk reksadana Sinarmas AM yang disuspensi oleh OJK
Per Maret 2020, emiten pelat merah ini membukukan pendapatan senilai Rp 5,12 triliun, turun 4,01% secara year-on-year. Dari sisi bottomline, PTBA mengantongi laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai Rp 903,24 miliar.
Jumlah ini menyusut 20,5% bila dibandingkan dengan realisasi laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 1,13 triliun. Turunnya laba bersih ini tidak lepas dari penurunan harga jual rata-rata batubara. “Kami memproyeksikan kelanjutan pelemahan permintaan dan harga batubara pada kuartal II-2020,” sambung Dessy.
Samuel Sekuritas Indonesia memproyeksikan volume produksi PTBA tahun ini turun dari 29,1 juta ton pada 2019 menjadi 24,2 juta ton. Sementara volume produksi PTBA diprediksi sedikit naik menjadi 24,4 juta ton pada 2021.
Sementara itu, Dessy memperkirakan harga rata-rata batubara akan berada pada level US$ 55 per ton pada akhir 2020 dari posisi sekarang yakni US$ 54 per ton.
Baca Juga: Ristia Bintang Mahkotasejati prediksi kinerja di kuartal I bakal turun antara 51%-75%
Dengan demikian, blended average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata PTBA diperkirakan turun 3,9% yoy dari Rp 769 ribu per ton menjadi Rp 739 ribu per ton pada akhir 2020.
Meski demikian, ada ceruk cuan bagi pemegang saham PTBA, yakni potensi rasio pembayaran dividen atau dividend payout ratio (DPR) yang diusahakan sama dengan tahun lalu, yakni di kisaran 75%.
Dessy menurunkan rekomendasi PTBA dari sebelumnya buy (beli) menjadi jual (sell) dengan target harga Rp 1.860 per saham. Rekomendasi ini diambil dengan menimbang estimasi penurunan pertumbuhan (earning per share/EPS) pada 2020 dan 2021 masing-masing di kisaran -35,0% dan -33,8% dengan tekanan volume produksi yang turun serta tren pelemahan harga batubara.
Baca Juga: Pendapatan anjlok, KMI Wire and Cable (KBLI) cetak rugi bersih di kuartal I-2020
Pada perdagangan hari ini, saham PTBA ditutup menguat 2,45% ke level Rp 2.090 per saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News