kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sampoerna masuk Bakrie Telecom


Kamis, 15 Maret 2012 / 08:58 WIB
Sampoerna masuk Bakrie Telecom
ILUSTRASI. Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/wsj.


Reporter: Barly Haliem, Amailia Putri Hasniawati | Editor: Edy Can

JAKARTA. Upaya PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) keluar dari jerat utang bakal berlangsung mulus. Kelompok usaha Bakrie resmi menggandeng Grup Sampoerna melalui transaksi tukar guling saham BTEL dan Sampoerna Telekomunikasi Indonesia (STI).

Skemanya adalah BTEL akan menguasai 35% saham STI. Emiten Grup Bakrie ini juga mendapatkan opsi menguasai 100% saham STI dalam tiga tahun mendatang. Sebagai imbalan, Sampoerna Strategic, selaku pemilik STI, akan menggenggam 6% saham BTEL. Kedua pihak telah meneken penjualan bersyarat perjanjian jual beli (CSPA) tersebut, pada Selasa (13/3).

Sampoerna masuk ke BTEL lewat private placement. BTEL akan merilis saham baru tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). "Kami akan menerbitkan 10% saham baru dengan target nilai Rp 900 miliar," Anindya Novyan Bakrie, Direktur Utama BTEL, Rabu (14/3).

Jadi, BTEL akan menerbitkan saham 3,13 miliar unit. Dengan mengacu target pendanaan Rp 900 miliar, harga non-HMETD BTEL sekitar Rp 287 per saham. Angka ini masih lebih tinggi 8,3% dari harga rata-rata BTEL selama tiga bulan terakhir di Rp 265 per saham. "Proses ini kami harapkan tuntas sebelum Juni 2012," ungkap Anindya.

BTEL akan memakai sebagian besar dana hasil penerbitan saham baru untuk melunasi utang obligasi Rp 650 miliar. Surat utang ini jatuh tempo pada September 2012. Sisa dana Rp 250 miliar akan digunakan antara lain untuk membiayai tukar guling saham STI, ekspansi layanan data dan modal kerja.

Kondisi finansial BTEL belakangan ini tampak berat. Dalam tempo sebulan, tiga lembaga pemeringkat memangkas peringkat surat utang BTEL. Lembaga rating khawatir BTEL tak mampu melunasi surat utangnya.

Satu investor yang bersedia menyerap saham baru BTEL adalah Sampoerna. Tapi pengelola BTEL enggan membeberkan secara detail siapa saja investor yang akan menyerap saham baru itu.

Selain lewat penerbitan saham baru, BTEL akan meminjam dana perbankan senilai Rp 500 miliar. Dus, pengusung merek dagang Esia itu bisa meraih dana Rp 1,4 triliun.

Sumber KONTAN menyatakan, kedua perusahaan itu akan merger dan memunculkan merek baru. Benarkah?

Anindya tak menepis kemungkinan muncul brand baru dari hasil kongsi Bakrie-Sampoerna. Mereka akan fokus menyasar pasar ritel dengan menjual data, suara serta wholesale atau menjual kapasitas ke operator lain.

Presiden Direktur Sampoerna Strategic, Michael Sampoerna, yakin kerjasama itu akan mulus. "Kami ingin memperbesar bisnis voice," tutur dia. Dengan menggunakan brand Ceria, STI melayani pedesaan di Jawa, Sumatra, Nusa Tenggara, dan Bali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×