kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sampoerna Agro (SGRO) anggarkan capex Rp 600 miliar di 2020


Rabu, 18 Desember 2019 / 21:52 WIB
Sampoerna Agro (SGRO) anggarkan capex Rp 600 miliar di 2020
ILUSTRASI. Head of Investor Relations Sampoerna Agro, Michael Kesuma - Gelar RUPSLB, SGRO Setujui Pengunduran Diri Direktur Utama


Reporter: Muhammad Julian | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Sampoerna Agro Tbk masih akan terus meningkatkan target volume produksi Tanda Buah Segar (TBS) di tahun 2020.

Emiten yang memiliki kode saham “SGRO” ini menargetkan volume produksi TBS dari perkebunan inti masih bisa bertumbuh 5% dibanding volume produksi TBS dari kebun inti di tahun  2019 yang diproyeksikan mencapai 1,40 juta ton. Artinya, target produksi TBS perseroan pada tahun depan adalah sekitar 1,47 juta ton.

Keputusan untuk terus memacu volume produksi didorong oleh tren harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang diproyeksikan akan terus membaik di tahun 2020.

“Kalau misalnya harga bagus tapi kinerja operasional (realisasi volume produksi) tidak optimal, ya percuma, kami akan kehilangan kesempatan itu,” kata Sekretaris Perusahaan  PT Sampoerna Agro Tbk, Michael Kesuma kepada Kontan.co.id ketika ditemui usai acara paparan publik pada Rabu (18/12).

Baca Juga: Siasati Penurunan Harga, SGRO Genjot Produksi CPO

Michael mengatakan tren perbaikan harga CPO di tahun 2020 didorong oleh tren persediaan dan konsumsi yang ada pada tahun depan.  Mengutip data Oil World, manajemen mengatakan tingkat persediaan sawit dunia berpotensi mengalami penurunan hingga sebesar 2-3 juta ton hingga September 2020.

Hal ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor, di antaranya yakni seperti tingkat penanaman baru (new planting) yang terus mengalami penurunan signifikan pada beberapa dekade terakhir serta pemupukan yang kurang memadai pada dua tahun terakhir pada industri sawit secara umum.

Selain itu, faktor kekeringan yang terjadi pada sembilan bulan pertama 2019 juga diduga akan berdampak negatif terhadap produksi di tahun 2020.

Di sisi lain, tren konsumsi sawit  diduga akan mengalami kenaikan pada saat yang bersamaan di tahun 2020 nanti. Hal ini didorong oleh adanya peningkatan konsumsi di China dan India serta penerapan program B30 di Indonesia.

Baca Juga: Redam penurunan harga jual, Sampoerna Agro (SGRO) genjot volume penjualan

Menurut keterangan Michael, tren perbaikan harga CPO bahkan sebenarnya sudah mulai dirasakan oleh perseroan sejak bulan September 2019 lalu. Pasalnya, perseroan mencatat harga rerata CPO di bulan September mencapai sebesar Rp 6.840 per kilogram (kg), sedikit lebih tinggi dibanding harga CPO pada September tahun lalu yang sebesar Rp 6.800 per kg.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×