Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Waskita Karya (Persero) Tbk tak mendulang kontrak baru sebanyak tahun lalu. Hingga akhir September lalu, perusahaan berkode saham WSKT ini baru mengantongi kontrak baru Rp 11,7 triliun, jauh dari target yang dicanangkan perusahaan yaitu Rp 50 triliun pada tahun ini.
Pencapaian itu pun lebih rendah 74% dibanding perolehan kontrak baru pada September 2017 lalu.
Research Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan menyampaikan, selama ini mayoritas kontrak yang diperoleh WSKT berasal dari proyek strategi nasional dan bersifat turnkey. Seiring berjalannya waktu, beberapa proyek yang dikerjakan emiten plat merah ini mengalami penundaan pembayaran.
Salah satunya adalah proyek tol Batang-Semarang dan Semarang-Solo. Pembayaran proyek tersebut tertunda hingga kuartal II-2019. Padahal, dua proyek tersebut seharusnya selesai pada kuartal IV-2018.
Alhasil, WSKT terpaksa menambah pendanaan kembali sehingga debt to equity ratio (DER) yang dimiliki perusahaan meningkat jadi 2,3 kali di kuartal III. Ini yang membuat WSKT kesulitan mengambil proyek-proyek yang memerlukan modal besar, sehingga ujung-ujungnya mempengaruhi nilai kontrak baru emiten tersebut.
Analis Indo Premier Sekuritas Joey Faustian menambahkan, penurunan nilai kontrak baru WSKT juga disebabkan oleh tertundanya beberapa tender proyek yang diikuti oleh perusahaan.
Selain itu, maraknya kecelakaan kerja di proyek-proyek infrastruktur beberapa bulan lalu juga memberi efek tidak langsung terhadap penurunan nilai kontrak WSKT. “Akibat insiden di masa lalu, sejumlah pemilik proyek cenderung ragu memberikan proyeknya ke WSKT,” imbuh Joey, Kamis (22/11).
Untungnya, total kontrak yang dimiliki WSKT secara keseluruhan atau order book tergolong besar, yakni Rp 102 triliun per kuartal III-2018. Hal itulah yang mampu membuat kinerja keuangan WSKT tetap terjaga.
Sebagaimana diketahui, pendapatan WSKT tumbuh 27% di kuartal III-2018 menjadi Rp 36,23 triliun sedangkan laba bersihnya naik 45% menjadi Rp 3,72 triliun.
Rekomendasi beli
Dengan kondisi tersebut, Waskita dinilai sulit mencapai target kontrak baru tersebut. Upaya pemerintah menunda beberapa proyek infrastruktur strategis juga bisa menghambat WSKT mengejar target di sisa tahun ini.
Maka dari itu, WSKT disarankan tetap fokus pada pengerjaan proyek-proyek yang telah diperoleh sebelumnya. “Emiten ini juga perlu memperbaiki arus kas yang dimilikinya,” kata Research Analyst MNC Sekuritas Muhamad Rudy Setiawan, Kamis (22/11).
Selain itu, rencana Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyelesaikan holding infrastruktur yang diinduki oleh PT Hutama Karya di akhir tahun nanti juga belum tentu berdampak signifikan terhadap kinerja WSKT di masa mendatang.
Menurut Joey Faustian, Analis Indo Premier Sekuritas, manfaat holding tersebut akan lebih dirasakan oleh pemerintah. Dalam hal ini, kelak pemerintah akan lebih mudah dalam mendelegasikan proyek-proyek infrastrukturnya ke perusahaan-perusahaan yang tergabung dalam holding tersebut.
“Efeknya minor karena tujuan holding tersebut memang bukan untuk mendongkrak kinerja emiten,” kata dia.
Tantangan bagi WSKT tak berhenti sampai di situ. Kehadiran tahun politik bisa saja membuat kinerja emiten-emiten di sektor konstruksi mengalami perlambatan. Hal ini terjadi jika dana anggaran belanja untuk infrastruktur diturunkan oleh pemerintah karena alasan yang bersifat politis.
Rudy bilang, untuk mengantisipasi potensi perlambatan tersebut, WSKT bisa mengambil opsi dengan melakukan diversifikasi bisnis melalui anak usahanya. “Tentu ini dilakukan tanpa menghilangkan bisnis utama perusahaan,” ujarnya.
Terlepas dari itu, para analis masih merekomendasikan beli saham WSKT. Bedanya, Joey memasang target Rp 2.300 per saham sedangkan Rudy memasang target Rp 2.110 per saham.
Joey memprediksi, pendapatan WSKT di akhir tahun nanti akan mencapai Rp 55,86 triliun. Adapun laba bersih perusahaan diperkirakan mencapai Rp 4,40 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News