kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham telko dan consumer goods bakal berkibar


Rabu, 22 Oktober 2014 / 19:22 WIB
Saham telko dan consumer goods bakal berkibar
ILUSTRASI. Intip 6 Cara Mengatasi Bibir Hitam dan Gelap lewat Bahan Alami dari Rumah. REUTERS/Neil Hall


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Saham-saham yang tergabung dalam sektor telekomunikasi (telko) dan barang konsumsi (consumer goods) diprediksi bakal berperforma maksimal di tahun 2015 mendatang. 

Berdasarkan laporan Bahana Securities, ada tiga saham sektor telko yang diyakini bakal ciamik di 2015, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT) dan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE). 

Sementara dari sektor consumer goods terdapat lima saham yang direkomendasikan Bahana Securities, yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Tbk (ICBP) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF). 

Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities menilai, saham-saham dari dua sektor ini memang berkarakter defensif, termasuk jika pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla jadi menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi. 

Tim Bahana Securities memang menilai saat ini adalah waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Pasalnya, harga minyak dunia sedang turun ke level US$ 99 per barel. 

Hal ini membuat Jokowi-JK bisa menaikkan harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter, lebih rendah dari rencana awal yang sebanyak Rp 3.000 per liter. Nah, risiko penaikkan harga BBM ini, dalam jangka pendek, bakal mendongkrak inflasi dan suku bunga. 

"Secara historikal, sektor consumer goods dan telko biasanya akan perform paling bagus baik tiga bulan sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM," kata Harry di Jakarta, Rabu (22/10). 

Leonardo Henry Gavaza, Analis Bahana Securities menambahkan, saham-saham sektor telko juga mendapatkan sentimen positif lantaran berkurangnya tensi persaingan antar operator. 

Hal itu salah satunya didorong oleh penghapusan dan penggabungan usaha operator telekomunikasi yang berbasis teknologi Code Division Multiple Access (CDMA). Setelah TLKM menghapus layanan CDMA Flexi, dua operator PT Bakri Telecom Tbk (BTEL) dan PT Smartfren Telecom Tbk (FREN) juga berniat merger. 

Kementrian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) segera mengeluarkan Surat Keputusan Menteri (Kepmen) untuk penggabungan dua operator berbasis CDMA ini. Penggabungan usaha ini dilakukan untuk mengikuti aturan penataan frekuensi 800 MHz. Dalam Rancangan Surat Keputusan Menteri Kominfo itu, ada beberapa poin penting yang pantas disimak.

Pertama, pergantian teknologi. Jadi, nanti tidak ada lagi teknologi fixed wireless access (FWA) CDMA seperti saat ini. Teknologi yang akan diterapkan adalah teknologi netral berbasis seluler dengan cakupan wilayah nasional.

Kedua, proses migrasi teknologi netral berbasis seluler diselesaikan paling lambat 14 Desember 2014 mendatang. "Dengan berkurangnya tensi persaingan di industri ini, kami meyakini perang harga antar operator tidak akan terjadi lagi sehingga mereka bisa menjaga marginnya," ujar Leonardo. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×