kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45902,26   -24,47   -2.64%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham tambang topang indeks LQ45


Senin, 11 Juli 2016 / 08:13 WIB
Saham tambang topang indeks LQ45


Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Selama semester I-2016, saham sektor komoditas menjadi penopang indeks LQ45, kelompok saham paling likuid di Bursa Efek Indonesia. Tiga emiten dari sektor komoditas tambang, yakni saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO), menjadi motor penggerak indeks LQ45.

Sejak awal tahun hingga Jumat (1/7) dua pekan lalu atau year-to-date (ytd), saham ANTM sudah melonjak 129%. Kemudian PTBA dan ADRO melompat masing-masing 71% dan 69%.

Sedangkan saham WSKT dan CPIN masuk dalam lima besar performa terbaik dengan kenaikan masing-masing 69% dan 50%. Di periode yang sama, indeks LQ45 mencatatkan pertumbuhan 7,38%.

Analis Minna Padi Investama Frederik Rasali bilang, objektivitas investor memang berbeda-beda. Ini yang membuat tiga saham pemberi return terbaik diisi oleh emiten tambang meski sektornya masih berada dalam tahap konsolidasi.

"Ada yang fokus untuk jangka panjang dan jangka pendek," ujar Frederik kepada KONTAN, belum lama ini.

Menurut dia, kenaikan harga saham ANTM, PTBA dan ADRO dipicu oleh aksi beli para investor yang berorientasi jangka panjang. Permintaan komoditas dalam negeri memang sedang tumbuh, tapi belum bisa menetralisasi tekanan sentimen negatif terkait permintaan dari luar negeri.

Yang menjadi katalis positif adalah proyek pembangkit listrik yang dijalani PTBA dan ADRO. "Ini proyek jangka panjang yang bisa memberikan recurring income," tambah Frederik.

Adapun ANTM banyak korelasinya dengan harga emas yang terus naik dan spekulasi pasar atas akuisisi saham PT Freeport Indonesia. Tentu hal ini sangat wajar di kalangan investor karena informasi terakhir menyebutkan, pemerintah sudah memberikan penawaran ke manajemen Freeport. Ini menunjukkan sebuah langkah serius dan resmi.

Pada semester kedua ini, Frederik memberi catatan, jangan hanya fokus terhadap harga batubara global. Investor juga sebaiknya fokus ke perkembangan proyek pembangkit listrik emiten tambang.

"Bila perusahaan tak mengalami kemajuan signifikan, bisa saja akan delay di recurring income-nya dan memberi sinyal pada investor untuk mengalihkan dana ke perusahaan lain yang sedang tumbuh," kata Frederik.

Selain itu, di semester dua ini, sektor properti dan perbankan patut dicermati. Prospeknya tak kalah menarik karena terkait dengan implementasi tax amnesty.

Secara spesifik, saham BBRI, BBTN, BJBR dan BKSL layak dicermati. "SMRA dan BSDE juga menarik tapi sebaiknya menanti koreksi dulu," tambah Frederik.

Target harga BSDE Rp 2.400 per saham, SMRA Rp 1.900, BBTN Rp 1.845, BBRI Rp 11.200, BJBR Rp 1.100 dan BKSL Rp 110.

Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe menambahkan, sektor konsumer juga cukup menarik. Selain karakteristiknya defensif, ada efek kenaikan kinerja selama bulan puasa dan lebaran. Sektor infrastruktur pun tak kalah prospektif.

"Tapi lebih menarik lagi sektor pendukungnya seperti INTP, SMGR dan ISSP," imbuh Kiswoyo, yang menargetkan INTP Rp 23.000 per saham, sedang SMGR dan ISSP masing-masing Rp 13.000 dan Rp 500.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×