kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham-saham yang berpotensi tertekan bila PSBB jilid II diterapkan


Sabtu, 12 September 2020 / 16:14 WIB
Saham-saham yang berpotensi tertekan bila PSBB jilid II diterapkan
ILUSTRASI. Jurnalis berada di depan layar pergerakan perdagangan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta Selatan, Kamis (10/9/2020). Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG ditutup di zona merah pada akhir perdagangan pekan ini yaitu pada level 4.891.46 atau turu


Reporter: Kenia Intan | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang ketat akan kembali diterapkan pada Senin, 14 September 2020. Keputusan ini telah diumumkan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Rabu (9/9).

Penerapan PSBB seperti di awal masa pandemi Covid-19 sempat menjadi sentimen negatif pada perdagangan Kamis (10/9). Menurut catatan Bursa Efek Indonesia (BEI), IHSG tertekan 5,01% ke level 4.891,46. Penurunan paling signifikan dialami oleh sektor keuangan hingga 5,94%.

Direktur Anugerah Mega Investasma Hans Kwee berpendapat sektor keuangan tertekan drastis karena pelaku pasar panic selling saham-saham perbankan.

Beberapa saham perbankan dengan market capitalization atau kapitalisasi pasar besar tercatat turun signifikan, seperti BBCA, BBRI, BMRI, dan BBNI. Bahkan menurut data BEI, keempatnya menjadi saham pemberat IHSG atau laggard pada perdagangan Kamis (10/9).

Mengutip data statistik BEI, harga saham BBCA menurun 7%, sehingga kapitalisasi pasarnya menipis hingga Rp 709 triliun. Penurunan ini  berkontribusi ini terhadap penurunan IHSG hari itu hingga 45,7 poin.

Baca Juga: Jokowi berbeda pendapat dengan Anies Baswedan soal PSBB

Setelahnya ada BBRI yang harga sahamnya terkikis 6,7%, Kapitalisasi pasarnya menjadi Rp 388 triliun. Penurunan ini berkontribusi memberatkan IHSG hingga 24,2 poin.

Untuk BMRI, sahamnya tercatat menurun 6,9%,  kapitalisasi pasarnya mencapai Rp 248 triliun. Saham ini berkontribusi memperberat IHSG hingga 15,9 poin.

Sementara BBNI mengalami penurunan harga hingga 6,9%, kapitalisasi pasar menipis menjadi Rp 86 triliun. Adapun BBNI memberikan tekanan kepada IHSG hingga 5,5 poin.

Menurut Hans Kwee, penurunan yang dialami oleh saham-saham sektor perbankan dipicu kekhawatiran pelaku pasar akan kegiatan ekonomi yang tidak berjalan normal. Sehingga, kredit macet akan meningkat dan memperberat kinerja emiten perbankan.

Walau berpotensi tertekan selama PSBB nanti, saham-saham sektor keuangan sebenarnya masih menarik. Sebab, ketika ekonomi kembali pulih sektor inilah yang akan meningkat untuk pertama kali.

Baca Juga: PSBB Jakarta jilid 2 bakal menekan penyaluran KPR meski marak pameran virtual

Di sisi lain, Hans Kwee melihat pasar tidak sepanik sebelumnya sehingga penurunannya tidak akan sedalam ketika PSBB pertama kali diterapkan.

Asal tahu saja, IHSG hari ini Jumat (11/9) tercatat kembali menguat 2,56% ke level 5.016,71. Adapun sektor keuangan ikut menguat 1,80%. Untuk saat ini, Hans Kwee menyarankan investor mencermati dampak PSBB yang kian ketat ini terhadap saham-saham sektor keuangan terlebih dahulu.

" Kami melihat indeks konsolidasi di area 4.500 sampai 4.700. Jadi indeks masih akan merasakan tekanan. Pelaku pasar bisa beli saham perbankan dengan buy on weaknes," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (11/9)

Ia pun menyarankan buy on weakness saham-saham perbankan yang besar seperti BBCA, BBNI, BBRI, dan BMRI. Sebab, empat saham tersebut masih kuat dari sisi bisnisnya.

Akan tetapi, untuk target harganya, Hans belum bisa menentukan karena IHSG masih belum tampak sejauh mana potensi penurunannya, bahkan hari ini cenderung menguat. Menurutnya masih perlu menunggu pergerakan  hari Senin ketika PSBB benar-benar diterapkan.

Baca Juga: Tak cuma PSBB Jakarta, sentimen ini juga membuat IHSG anjlok 4,26% dalam sepekan

Tidak jauh berbeda, Analis Philip Sekuritas Anugerah Zamzami Nasr menjelaskan dalam jangka panjang saham-saham sektor keuangan masih menarik. Secara historis, sektor keuangan khususnya perbankan cenderung memberikan return yang baik. Apalagi, untuk saat ini valuasi sudah terhitung diskon.

"Rata-rata diperdagangkan di bawah satu kali standar deviasi dari rata-rata price book value (PBV) lima tahunnya," ungkap Zamzami kepada Kontan.co.id, Jumat (11/09).

Di sisi lain, pertumbuhan perbankan merupakan cerminan dari kondisi ekonomi. Jadi perbankan akan semakin menarik seiring dengan pemulihan kondisi ekonomi.

Untuk jangka panjang, investor bisa mempertimbangkan mencicil beli saham emiten perbankan berkapitalisasi pasar besar seperti BBCA, BBRI, dan BMRI dengan target harga masing-masing Rp 33.000, Rp 3.840, dan Rp 6.750.

Terkait sektor keuangan  yang sempat tertekan dalam Kamis (10/9), Zamzami bilang penurunan itu dipicu oleh penurunan pasar secara keseluruhan.

Adanya kekhawatiran akan pemulihan ekonomi yang lebih lama dan IHSG yang belum priced in, membuat pasar menyesuaikan diri. Asal tahu saja, saham-saham perbankan memiliki kapitalisasi pasar yang besar serta likuiditas yang baik.

Selanjutnya: Waspada, saham sektor keuangan masih bakal dibayangi efek PSBB Jakarta

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×