Reporter: Nur Qolbi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang Januari 2020, indeks saham sektor agrikultur menjadi indeks dengan penurunan terdalam, yakni 12,58%. Angka tersebut melebihi penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok 5,71% ke level 5.940,05.
Hal tersebut sejalan dengan penurunan harga saham-saham di dalamnya yang dominan diisi oleh perusahaan penghasil minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Saham PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) misalnya, sepanjang Januari 2020 anjlok 24,34% ke Rp 115 per saham.
Baca Juga: Indeks agrikultur anjlok paling dalam pada Januari 2020, ini dua penyebabnya
Disusul PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP) yang merosot 20,07% ke Rp 1.175 dan PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) yang turun 18,10% ke Rp 11.875 per saham.
Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, merosotnya harga saham-saham CPO disebabkan oleh harga jual CPO yang juga menurun. Berdasarkan data Bloomberg, harga jual CPO untuk kontrak pengiriman April 2020 pada 13 Januari 2020 masih berada di level RM 3.060 per ton. Lalu, turun ke RM 2.604 per ton pada 31 Januari 2020.
Selain itu, merebaknya virus Corona juga menjadi salah satu penyebab penurunan harga saham-saham CPO. Maklum saja, China merupakan salah satu negara dengan konsumsi CPO terbesar. "Sehingga merebaknya virus ini membuat konsumsi CPO menjadi berkurang," kata Chris saat dihubungi Kontan.co.id, Minggu (2/2).
Meskipun begitu, menurut dia, jika dibandingkan tahun lalu, harga jual CPO saat ini masih cukup tinggi. Oleh karena itu, ia melihat prospek yang positif untuk saham-saham CPO. Chris menyarankan investor untuk buy saham CPO, sebab harganya yang sudah tergolong murah.
Baca Juga: Topang agenda ekspansi tahun ini, DSNG anggarkan capex hingga Rp 1 triliun
Sementara itu, Analis Henan Putihrai Sekuritas Liza Camelia Suryanata mengatakan, untuk mengukur potensi kenaikan harga jual CPO yang signifikan, investor perlu melihat perkembangan situasi yang ada. Salah satunya adalah seberapa mungkin Indonesia dapat memanfaatkan peluang peningkatan permintaan ekspor terkait dengan adanya pemboikotan impor CPO dari Malaysia oleh India.
Di sisi lain, ia menilai harga jual CPO masih tergolong fluktuatif karena tergolong komoditas yang news driven. "Sebelumnya harga CPO sempat drop 10% dalam sehari. Kemudian, hari berikutnya naik 6% karena ada pemberitaan bahwa virus Corona bisa dikendalikan," kata dia.
Oleh karena itu, saat ini, ia menyarankan investor untuk memperdagangkan saham-saham ini secara jangka pendek. Ia merekomendasikan investor untuk memperhatikan saham AALI, LSIP, dan BWPT.
Alasannya, saat ini, ketiga saham tersebut sudah berada di area support-nya. "Jadi, turunnya sudah cukup dalam. Investor bisa me-monitor dulu. Kalau mulai ada kenaikan bisa spekulatif untuk beli bertahap," ucap Liza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News