kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham rokok masih layak dikoleksi, cermati analisa Reliance berikut ini


Rabu, 19 Desember 2018 / 09:10 WIB
Saham rokok masih layak dikoleksi, cermati analisa Reliance berikut ini


Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Keputusan pemerintah untuk tak menaikkan tarif cukai rokok di tahun depan akan berdampak positif pada margin perusahaan rokok. Dengan cukai tak naik, beban perusahaan menjadi jauh berkurang. Asal tahu saja, cukai membebani biaya perusahaan sebesar 45%-55% dari total biaya.

Dari sisi kinerja, tahun depan diprediksi akan semakin cerah. Faktor penting yang mendorong ialah rencana penetapan dua kebijakan oleh pemerintah yang disampaikan pada November lalu.

Kebijakan itu ialah, pertama, cukai rokok tidak akan meningkat pada 2019. Pernyataan ini disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 2 November 2018.

Kedua, pemerintah membeberkan 54 industri yang keluar dari Daftar Negatif Investasi (DNI). Dari daftar tersebut, industri rokok termasuk rokok kretek, rokok putih, dan rokok lainnya keluar dari DNI.

Dengan demikian, relaksasi DNI di industri rokok mengundang Penanaman Modal Asing (PMA) masuk. Di sisi lain, perusahaan akan mendapat kemudahan dalam pengurusan perizinan.

“Cukai tembakau yang tidak dinaikkan akan menambah dorongan positif dari kinerja keuangan saham-saham produsen rokok. Sehingga untuk saat ini masih layak di koleksi,” ujar Kepala Riset PT Reliance Sekuritas, Lanjar Nafi dalam keterangannya, Rabu (19/12). 

Meski begitu, diakui Lanjar, ada banyak tantangan pada industri ini.  Pertama tentu regulasi pemerintah baik mengenai penjualan, design produk, area merokok dan sponsorship.

Kedua mengenai kampanye anti tembakau dari WHO yang terus beraksi pada generasi muda. Ketiga peralihan konsumen dari rokok tambakau ke rokok Elektronik.

Hanya saja, dijelaskan Lanjar, dari tantangan di atas 2 tantangan mereda yang pertama dari regulasi pemerintah dari sisi penjualan yang tidak menaikkan cukai tembakau meskipun dari design produk dan sponsorship masih dibatasi. Prospek peralihat konsumen dari Rokok tembakau ke rokok elektronik pun mereda.

“November lalu pihak di Amerika membatasi penjualan rokok elektrik sehingga peluang penguatan permintaan rokok tembakau meningkat,” ucap Lanjar.

Dengan cukai yang stagnan margin pendapatan emiten rokok semakin menebal. Di sisi lain, volume penjualan berpotensi meningkat bila harga jual tidak dinaikkan. 

Lanjar menyebut, saham-saham yang masih dapat dicermati secara fundamental di antaranya HMSP.  Saat ini diperdagangkan dengan PER terendah selama 2 tahun terakhir yakni 30.1x dengan rata-rata PER 2 tahun terakhir di kisaran 33.2x.

EBITDA Margin pun masih terjaga di atas 15% dengan perkiraan NPM dikisaran 12%. Konsensus target Price sendiri secara fundamental masih berada di kisaran 4120 secara Fundamental.

Selanjutnya GGRM, memiliki pertumbuhan penjualan tiga tahun tertinggi dari perusahaan sejenis yakni 10,2% berbanding 5,7% rata-rata perusahaan sejenis.

EBITDA Margin pun terjaga di atas level 15% dengan NPM diperkirakan 8.8% tahun ini. Konsensus Target Price sendiri secara fundamental berada di level 9.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×