Saham Reliance Sekuritas (RELI) Disuspensi Rabu (23/7), Simak Penjelasan Manajemen

Rabu, 23 Juli 2025 / 16:00 WIB

ILUSTRASI. Reza Priyambada, Direktur PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk angkat bicara soal suspensi sahamnya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per hari ini, Rabu (23/7/2025). Suspensi tersebut dilakukan lantaran adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

Reporter: Rilanda Virasma | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Reliance Sekuritas Indonesia Tbk (RELI) angkat bicara soal suspensi sahamnya oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) per hari ini, Rabu (23/7/2025). Suspensi tersebut dilakukan lantaran adanya peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

Melansir RTI Business, saham RELI tercatat telah melesat 100% dalam sepekan dan 103,70% dalam sebulan. Sementara pada perdagangan terakhirnya, Selasa (22/7/2025) kemarin, saham RELI menguat 11,39% dari Rp 790 ke Rp 880 per saham.

Direktur RELI, Reza Priyambada mengaku, volatilitas yang terjadi pada saham RELI murni disebabkan transaksi antar pelaku pasar. Ia menerangkan, tak ada informasi apapun yang belum disampaikan kepada publik melalui Keterbukaan Informasi BEI. Ditambah lagi, RELI belum merencanakan aksi korporasi dalam waktu dekat ini.

“Hanya saja, kalau dirunut waktu terjadinya kenaikan volatilitas harga berbarengan dengan telah usainya pelaksanaan RUPS (rapat umum pemegang saham) Tahunan di 15 Juli 2025,” jelas Reza kepada Kontan, Rabu (23/7/2025).

Dia menyayangkan suspensi tersebut karena transaksi para pelaku pasar jadi terhenti. Akan tetapi, dia bilang pihaknya akan tetap menghormati dan mematuhi keputusan BEI tersebut.

Sementara itu, Kepala Divisi Pengawasan Transaksi BEI, Yulianto Aji Sadono menyarankan, investor perlu mengkaji kembali rencana aksi korporasi perusahaan terkait bila memang rencana tersebut belum didasarkan pada persetujuan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

“Para investor diharapkan untuk memperhatikan jawaban perusahaan tercatat atas permintaan konfirmasi bursa, mencermati kinerja perusahaan tercatat dan keterbukaan informasinya, dan mempertimbangkan berbagai kemungkinan yang dapat timbul di kemudian hari sebelum melakukan pengambilan keputusan investasi,” saran Yulianto dalam keterangannya, Rabu (23/7/2025).