Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Avanty Nurdiana
JAKARTA. Secara historis, di tahun pemilihan umum (pemilu), bursa saham selalu bullish. Tahun ini pun, agaknya sejarah tersebut bakal terulang.
Akhir pekan lalu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menggapai rekor tertinggi di tahun ini yakni di level 5031,57, atau naik 17,72% secara year to date.
Sejumlah sektor saham terbawa sentimen positif pemilu dan menjadi penggerak bursa di tahun ini. Antara lain, saham sektor perbankan, konsumer dan infrastruktur.
Beberapa saham sektor tersebut yang menjadi top mover IHSG di tahun ini, antara lain, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), dan PT Kalbe Farma Tbk (KLBF).
Satrio Utomo, Kepala Riset Universal Broker Indonesia bilang, kenaikan IHSG belakangan karena sentimen pemilihan umum presiden. Sebab, secara fundamental, kinerja para emiten masih di bawah harapan.
"Dari emiten yang terdaftar di bursa, hanya sekitar 30% yang kinerjanya sesuai harapan," ujar Satrio. Ia bilang, BBRI dan GGRM termasuk 30% emiten yang kinerja sesuai harapan.
Analis Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe mengatakan, kinerja emiten saham penggerak IHSG tersebut memang terbilang baik. Apalagi emiten tersebut termasuk dalam sektor yang masih terus berpeluang tumbuh. "Sektor konsumer dan perbankan masih bagus," kata dia.
Kata Kiswoyo, sektor konsumer didukung meningkatnya daya beli masyarakat, terlebih di tahun pemilu seperti tahun ini. Sektor ini juga memiliki daya tahan terhadap perubahan kondisi ekonomi.
Selain sektor konsumer, ia juga masih yakin, sektor perbankan masih akan bertumbuh selama suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) tidak menanjak lagi. Jika BI rate naik, semua sektor akan terpukul. "Perekonomian jalan di tempat," kata dia.
Kepala Riset MNC Securities, Edwin Sebayang mengatakan, sektor perbankan berpotensi melambat seiring dengan kondisi perekonomian dalam negeri yang juga sedang melambat. Tapi, saham perbankan memang masih banyak diincar oleh investor asing lantaran kapitalisasi pasarnya yang besar.
Didukung fundamental
Edwin menambahkan, kinerja saham unggulan penggerak IHSG di tahun ini, seperti BBRI, PGAS, GGRM dan KLBF, lebih karena faktor fundamental. Menurut dia, kinerja emiten tersebut meningkat sesuai estimasi analis.
"Ini juga merupakan dampak dari kombinasi belanja modal alias capital expenditure, beban utang yang rendah dan arus dana yang kuat" imbuh Edwin.
Tak hanya itu, Edwin menilai, manajemen perusahaan tersebut pun cukup bagus, dengan unit bisnis kuat, dan direksi yang berpengalaman.
Ia mencontohkan PGAS, yang kini terus aktif mencari pelanggan baru, baik dari ritel maupun korporasi. PGAS juga terus menambah pasokan gas untuk mengimbangi permintaan juga semakin tinggi.
Demikian juga dengan GGRM dan KLBF. Kedua emiten di sektor konsumer ini terus berinovasi, baik dengan menciptakan produk baru maupun menambah porsi iklan di media. Sektor konsumer, menurut Edwin, masih akan menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi.
Namun, Satrio mengaku tidak terlalu senang dengan pencapaian kinerja KLBF. Meski pendapatan dan laba bersih KLBF naik, tapi kinerja Kalbe masih akan terhambat karena kenaikan harga bahan baku yang masih impor.
Kinerja KLBF bisa tertekan jika rupiah kembali melemah. Sedangkan kinerja GGRM, menurut Kiswoyo, juga berpotensi tertekan lantaran kenaikan cukai pajak, kenaikan upah buruh, dan pembatasan iklan rokok.
Menurut Kiswoyo, emiten di luar sektor komoditas berprospek baik tahun ini. "Sektor komoditas masih tertekan oleh melemahnya harga komoditas," ujar dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News