kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Saham maskapai masih sulit terbang tinggi


Senin, 29 Oktober 2018 / 19:05 WIB
Saham maskapai masih sulit terbang tinggi
ILUSTRASI. Pesawat Citilink dan Garuda Indonesia di Bandara Ngurah Rai


Reporter: Andy Dwijayanto | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham-saham emiten di sektor penerbangan diprediksi masih berat untuk lepas landas. Apalagi pasca insiden jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 di perairan Karawang, Senin (29/10) yang akan memiliki dampak langsung dan tidak langsung terhadap saham-saham di sektor penerbangan.

Reza Priyambada, Analis Senior CSA Research Institute menyampaikan, tidak hanya faktor kecelakaan yang terjadi pada hari ini saja, emiten sektor penerbangan seperti PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) memang memiliki tantangan yang tidak mudah terkait bahan bakar.

"Yang menjadi beban terbesar itu bahan bakar, penggunaan avtur itu bisa 60% hingga 65% dari biaya, sementara maskapai penerbangan itu dihadapkan juga dengan berbagai persaingan," ujarnya kepada KONTAN, Senin (29/10).

Terkait dengan insiden Lion Air JT 610, dirinya mengatakan bahwa tak memiliki dampak langsung, tetapi secara psikologis akan mempengaruhi investor. Bisa membuat pelaku pasar skeptis terhadap saham-saham penerbangan ataupun sebaliknya.

"Efeknya sekarang sih belum ada, tetapi mungkin ada pemikiran pelaku pasar yang akan pindah dari Lion Air ke maskapai lain seperti Citilink atau Garuda," lanjutnya.

Yang jelas, permasalah utama di sektor penerbangan adalah menyoal kinerja. Pasalnya menurutnya saat ini pendapatan dan biaya yang dikeluarkan tak sebanding, justru menekan kinerja.

Apalagi persaingan tarif murah dengan tujuan mengejar volume penumpang belum juga berefek positif. Kendati beberapa emiten mengalami perbaikan kinerja, nyatanya emiten penerbangan masih berstatus rugi.

"Selama belum ada perubahan dari sisi perbandingan antara biaya yang terlalu besar dengan pendapatan, pelaku pasar sih kayaknya belum meminati saham penerbangan," tutupnya.

Harga saham Garuda (GIAA) pada Senin (29/10) ditutup stagnan di Rp 202 per saham. Sedangkan harga saham AirAisa Indonesia (CMPP) turun 3,57% menjadi Rp 216 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×