Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham emiten consumers goods masih tertekan. Melihat indeks, IDX Sector Non Consumer Non Cyclicals masih turun 12,80% sejak awal tahun (ytd).
Head of Investment Research Infovesta, Wawan Hendrayana menjelaskan penyebab tertekannya sektor tersebut lantaran karena adanya PPKM yang mengakibatkan proyeksi target emiten tahun ini meleset.
Akibatnya, saham-saham consumer goods juga masih tertekan sejak awal tahun. Beberapa di antaranya, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) turun 8,03% ytd, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICPB) yang turun 6,79% ytd, PT Mayora Indah Tbk (MYOR) turun 12,92% ytd, PT Kino Indonesia Tbk (KINO) turun 23,16% ytd, dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) 38,64%.
Memang, menilik laporan keuangan terbaru emiten-emiten tersebut membukukan penurunan kinerja pendapatan dan laba bersih. Hanya INDF yang mencatatkan pertumbuhan kinerja keuangannya hingga semester I-2021.
Baca Juga: Margin Unilever (UNVR) berpotensi membaik, intip rekomendasi sahamnya berikut ini
Walau begitu, merahnya saham INDF sejak awal tahun lantaran memiliki utang yang cukup besar. "Karena mereka itu induk dari banyak usaha sehingga dari sisi utang juga cukup besar juga," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/11).
Kendati masih merah, Wawan menilai proyeksi emiten consumer goods masih apik. Pihaknya optimis kinerja tahun depan ada perbaikan karena adanya pemulihan ekonomi. Dirinya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun depan berkisar 5%-7%.
"Dengan PPKM yang semakin diperlonggar seharusnya aktivitas bisnis masyarakat akan meningkat sehingga pendapatan dari saham-saham tersebut akan meningkat," sebutnya.
Dengan prospek tersebut, Wawan menjagokan ICBP dan UNVR. Menurutnya, kedua emiten tersebut memiliki prospek yang cukup menarik. Di sisi lain saat ini memiliki valuasi yang cukup murah.
Baca Juga: Profitabilitas dan margin menarik, Samuel Sekuritas rekomendasikan buy saham FILM
"ICBP memang sedang bagus, dalam 3 bulan terakhir juga naik signifikan dan trennya masih naik, serta dari valuasi juga tidak terlalu mahal," imbuhnya.
Analis Samuel Sekuritas, Pebe Peresia menambahkan bahwa untuk prospek UNVR sendiri masih baik. "Untuk UNVR, kami melihat pelemahannya mungkin akan cenderung terbatas karena outlook sektor konsumen yang membaik," sebutnya.
Lanjutnya, sentimen lainnya juga berasal dari penurunan kasus Covid-19 serta juga data indeks keyakinan konsumen yang naik dan berada di area optimis. Oleh sebab itu, pihaknya memiliki pandangan yang cukup positif terhadap kinerja sektor consumer di kuartal IV ini.
Sementara analis BRI Danareksa, Natalia Sutanto menjelaskan untuk KINO memasuki kuartal IV ini, pihaknya memperkirakan pemulihan yang lebih lambat pada divisi perawatan pribadi. Minuman, sementara itu, mungkin mendapat manfaat dari aktivitas bisnis yang lebih cepat, tetapi menghadapi tantangan mengingat musim hujan menjelang akhir tahun.
Di sisi lain, perusahaan juga berencana untuk mendorong promosi dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran produk dan merek. Pandemi Covid-19 dan pembatasan mobilitas sosial di Filipina juga menjadi tantangan dalam pemasaran Lola Remedios.
"Dengan hasil hingga kuartal III-2021 yang lebih rendah dari perkiraan, kami merevisi turun estimasi laba bersih 2021 kami sebesar 19%," tuturnya. Adapun laba bersih KINO tahun ini awalnya diproyeksikan sebesar Rp 135 miliar yang kemudian diturunkan menjadi Rp 109 miliar.
Nah, dengan rencana promosi yang akan digencarkan yang akan dimulai pada kuartal IV ini dan juga antisipasi menipisnya margin antisipasi harga komoditas maka dia memproyeksikan laba bersih KINO tahun depan turun 15%. Dengan begitu, ia mempertahankan rekomendasi jual dengan target harga yang lebih rendah di Rp 1.700 per saham.
Selanjutnya: BRIDanareksa Sekuritas beri rekomendasi hold untuk Unilever (UNVR), ini alasannya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News