kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,75   -27,98   -3.02%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham berbobot besar bisa pengaruhi laju indeks sektoral


Kamis, 22 Maret 2018 / 18:36 WIB
Saham berbobot besar bisa pengaruhi laju indeks sektoral
ILUSTRASI. Pasar modal


Reporter: Riska Rahman | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi selama sebulan terakhir membuat beberapa indeks sektoral ikut melemah. Meski begitu, masih ada beberapa indeks sektoral yang mencatatkan pertumbuhan cukup baik.

Merujuk pada data dari Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga Rabu (21/3), beberapa sektor seperti sektor aneka industri telah mencatatkan penurunan sebesar 9,83% year-to-date (ytd) dan juga sektor konsumer yang turun 7,51% ytd. 

Di sisi lain, sektor infrastruktur, utilitas, dan transportasi juga mencatatkan penurunan sebesar 8,52% ytd, sementara sektor perdangangan, jasa, dan investasi turun tipis 0,09% ytd dan sektor manufaktur turun 4,53% ytd.

Sementara itu, beberapa sektor seperti sektor industri dasar dan kimia, sektor properti, real estat, dan konstruksi, serta sektor keuangan berhasil mencatatkan pertumbuhan positif ytd di tengah pelemahan IHSG belakangan ini.

Terkait pergerakan indeks sektoral ini, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas Kevin Juido Hutabarat menilai pergerakan indeks tersebut tak hanya dipengaruhi oleh pergerakan IHSG semata. "Pergerakan indeks tersebut juga tergantung pada laju saham yang punya bobot besar di dalamnya," ujarnya kepada Kontan.co.id, Kamis (22/3).

Ambil contoh sektor konsumer. Saham-saham berbobot besar seperti PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang masuk ke dalam sektor ini sejak awal tahun mencatatkan pertumbuhan minus lantaran pertumbuhan kinerja mereka yang tidak terlalu baik tahun 2017 lalu. 

Di sisi lain, Bobot kedua saham ini yang besar ikut membuat sektor ini mencatat pertumbuhan minus sepanjang tahun ini.

Hal yang sama juga terjadi pada indeks sektor yang mencatat kenaikan. Sektor pertambangan, misalnya, berhasil mencatat kenaikan 15,88% ytd lantaran terdorong harga batubara yang terus menanjak sejak tahun 2017 lalu. Hal ini membuat saham-saham pertambangan seperti PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA) yang memiliki bobot cukup besar mendorong pergerakan sektor ini.

Meski beberapa sektor sudah mencatat penurunan yang sudah cukup tinggi, Kevin melihat sektor-sektor yang sudah turun itu masih punya kesempatan untuk naik karena masih ada sentimen positif yang bisa mendorong kinerja saham-saham yang ada dalam sektor tersebut. "Seperti sektor konsumer yang masih berpeluang naik karena tingginya tingkat konsumsi di Indonesia," ujarnya.

Kevin juga masih optimis sektor yang sudah mencetak kenaikan sepanjang tahun ini, seperti sektor keuangan dan sektor industri dasar, masih akan terus mempertahankan pertumbuhannya.

Selama sektor perbankan masih bisa memperoleh pertumbuhan kredit yang baik, Kevin yakin sektor ini masih terus akan tumbuh meski tidak akan setinggi tahun 2017 lalu. Sementara sektor industri dasar juga masih akan bisa mencetak kenaikan karena saham dengan bobot terbesar di sektor tersebut, yaitu PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) masih berpotensi untuk naik.

Untuk mengambil keputusan investasi, Kevin menyarankan untuk para investor agar tidak terlalu terpaku pada suatu sektor tertentu. Menurutnya, investor lebih baik memperhatikan saham, terutama yang memiliki bobot yang besar baik di IHSG maupun di sektor tertentu. 

Untuk itu, pilihannya jatuh pada saham-saham seperti PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI), PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×