Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Dana kelolaan industri reksadana terkena imbas rontoknya indeks harga saham gabungan (IHSG) sepanjang Mei 2011. Legowo Kusumonegoro, Presiden Direktur Manulife Aset Manajemen (MAMI) bilang, dana kelolaan reksadana yang dikelolanya turun dari sebelumnya Rp 11 triliun menjadi Rp 10,5 triliun.
"Penurunan dana kelolaan ini disebabkan tekanan pasar saat ini. Sedangkan untuk jangka panjang kami memperkirakan market akan naik karena penguatan rupiah. BI (Bank Indonesia) banyak melakukan kebijakan menjaga rupiah," ujar Legowo di Jakarta, Senin (4/6).
Kendati demikian, pihaknya tidak merevisi target total dana kelolaan sampai akhir tahun ini yang naik 25% menjadi Rp 45 triliun dibandingkan akhir tahun yang sekitar Rp 36 triliun. Dari total dana kelolaan itu, 40% hingga 50% diperoleh dari reksadana terbuka dan sisanya merupakan kontrak pengelolaan dana (KPD).
Putut Endro Andanawarih, Director, Investment Specialist MAMI menambahkan, total dana kelolaan sampai akhir Mei mencapai Rp 39 triliun. Dari total itu, sekitar 40% merupakan reksadana dan sisanya merupakan KPD. "Per April total dana kelolaan Rp 40 triliun," ujar dia.
Menurut Putut, memburuknya kinerja pasar saham justru dimanfaatkan investor untuk menambah dananya di reksadana. Investor menganggap investasi di reksadana masih menguntungkan untuk jangka panjang.
"Kalau dilihat dari unit penyertaan secara total industri reksadana per Mei naik hampir 1 miliar unit, di MAMI unit penyertaan juga naik. Hal tersebut mengindikasikan investor justru melihat koreksi pasar tersebut sebagai peluang untuk masuk," jelasnya.
Menilik data Badan Pengawas Pasar Modal Lembaga Keuangan (Bapepam LK), dana kelolaan industri reksadana turun per akhir Mei menjadi Rp 165,63 triliun dibandingkan akhir April yang sebesar Rp 170,19 triliun.
Sedangkan unit penyertaan naik menjadi 104,389 miliar unit dibandingkan akhir April yang sebesar 103,713 miliar unit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News