Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Sofyan Hidayat
JAKARTA. Nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) semakin perkasa. Sejumlah manajer investasi memanfaatkan momentum ini dengan menerbitkan produk baru berupa reksadana pasar uang berdenominasi dollar AS.
Selama dua pekan terakhir, PT Kustodian Sentral Efek Indonesia telah memberi izin efektif kepada empat produk reksadana pasar uang berdenominasi dollar AS.
Manajer investasi yang menerbitkan produk reksadana baru itu adalah PT Danareksa Investment Management dengan produk bernama Danareksa Seruni Pasar Uang Dollar. Selanjutnya, PT Bahana CTW menerbitkan produk bertajuk Bahana USD Cash.
PT BNI Asset Management juga menerbitkan BNI-AM Dana Mega Likuid. Terakhir, PT AAA Asset Management menerbitkan AAA USD Money Market Fund.
Senior Fund Manager BNI Asset Management Hanif Mantiq mengungkapkan, saat dollar AS menguat, investor domestik mengoleksi valuta asing tersebut. Sehingga dengan tren ini, muncul kebutuhan investor untuk menginvestasikan mata uang dollar AS dalam jangka pendek.
BNI Asset Management merespons kebutuhan investor tersebut, dengan menerbitkan produkĀ baru reksadana pasar uang dollar AS. "BNI-AM Dana Mega Likuid siap ditawarkan ke investor mulai akhir bulan Oktober," Hanif.
PT AAA Asset Management melakoni strategi serupa. Head of Investment AAA Asset Management Siswa Rizali mengatakan munculnya produk ini merupakan diversifikasi portofolio investor dalam denominasi dollar AS. Ia juga menargetkan produk tersebut bisa diluncurkan pada Oktober ini.
Menurut Rizal, saat mata uang dollar AS perkasa merupakan momentum yang tepat untuk menerbitkan AAA USD Money Market Fund. "Dengan kondisi penguatan dollar AS, investor akan merasa lebih aman menginvestasikan dana mereka," ujar Rizal.
Aset dasar dollar
Rizal menambahkan, strategi portofolio AAA USD Money Market Fund akan mengoleksi aset dasar yang juga berdenominasi dollar AS. Lantaran jenisnya reksadana pasar uang, maka aset dasar yang akan dipilih berupa deposito maupun surat utang berdenominasi dollar AS dengan tenor di bawah satu tahun.
Dana kelolaan akan ditempatkan dalam deposito sekitar 80%. "Sisanya masuk efek surat utang," kata Rizal. Langkah ini dilakukan karena surat utang dollar AS kurang menarik dijadikan aset dasar.
Obligasi pemerintah berdenominasi dollar AS, menurut Rizal, tidak menawarkan yield yang cukup tinggi. Sedangkan, pemilihan obligasi korporasiĀ dollar AS sebagai aset dasar juga perlu mempertimbangkan besaran kupon dan kinerja perusahaan penerbit.
AAA USD Money Market Fund menargetkan bisa meraih dana kelolaan setara Rp 100 miliar hingga Rp 200 miliar dalam setahun.
Dana kelolaan BNI-AM Dana Mega Likuid juga akan diinvestasikan pada aset dasar dollar AS. "Tentu percuma kalau nanti kami investasikan di aset dasar rupiah. Nilainya bisa turun," ujar Hanif.
BNI-AM Dana Mega Likuid akan menginvestasikan 100% dana kelolaan di deposito berdenominasi dollar AS pada bank-bank lokal. Produk ini tidak melirik obligasi tenor kurang dari satu tahun.
Kondisi politik domestik menurut Hanif, berpotensi menekan harga obligasi sehingga kinerja reksadana pasar uang bisa terkoreksi. "Mungkin ada alokasi di giro sekitar 5%. Tapi tidak untuk ke obligasi," ujar Hanif.
Mengincar investor institusi, BNI-AM Dana Mega Likuid menargetkan dana kelolaan US$ 10 juta hingga US$ 20 juta hanya sebulan pasca peluncuran.
Analis PT Infovesta Utama, Viliawati menyarankan, investor bisa masuk ke reksadana pasar uang baik rupiah maupun dollar AS jika aset dasar produk tersebut mayoritas ditempatkan pada efek deposito. "Kondisi politik saat ini membuat pasar obligasi cenderung fluktuatif. Sedangkan reksadana pasar uang ditujukan untuk investor dengan horison investasi jangka pendek," ujar Viliawati. Dengan aset dasar mayoritas di deposito, risiko nilai investasi terkoreksi dalam jangka pendek bisa berkurang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News