Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan pendapatan dan laba bersih pada tahun buku 2023 tak lantas membuat para investor mencampakkan saham PT Bukit Asam Tbk (PTBA). Harga PTBA justru kembali mendaki dalam sepekan terakhir.
Saham PTBA mencetak kenaikan dalam enam perdagangan beruntun. PTBA kini berada di level harga Rp 2.900 per saham, usai menguat 2,11% pada Jumat (8/3). Jika dihitung secara year to date, pergerakan harga PTBA mengakumulasi kenaikan 18,85%.
Pelaku pasar tampak mulai mengantisipasi musim pembagian dividen. Maklum, emiten batubara pelat merah ini memang dikenal sebagai salah satu emiten penebar dividen dengan nilai dan rasio yang jumbo.
Direktur Utama PTBA Arsal Ismail memberikan bocoran bahwa pada tahun ini pihaknya tetap konsisten membagi dividen. Hanya saja, Arsal belum membeberkan berapa nilai dan rasio pembagian dividen PTBA dari laba bersih tahun buku 2023.
Baca Juga: Laba Adhi Karya (ADHI) Melesat 163,42% pada 2023, Simak Rekomendasi Sahamnya
"Kalau minta bocorannya, bisa dilihat secara historis. Rasanya PTBA tidak pernah tidak memberikan dividen. Besarannya itu keputusan ada di pemegang saham. PTBA selalu mendengarkan apa yang menjadi harapan strakeholders," ungkap Arsal dalam press conference Kinerja PTBA Tahun 2023 yang digelar Jumat (8/3).
Jika berkaca dari tahun 2023, PTBA membagikan 100% laba bersih dari tahun buku 2022 sebagai dividen. Total nilai dividen tunai PTBA yang dibagikan pada tahun lalu mencapai total Rp 12,6 triliun atau setara Rp 1.094 per saham.
Dividend Payout Ratio (DPR) PTBA secara historis sejak tahun 2018 selalu di atas 70%. Kecuali pada tahun 2021, dimana DPR PTBA hanya mencapai 35% yang diambil dari laba bersih tahun 2020.
Sekadar mengingatkan mengenai kinerja sepanjang tahun 2023, PTBA meraup pendapatan senilai Rp 38,48 triliun atau turun 9,75% secara tahunan (year on year/YoY). Pada periode yang sama, PTBA meraih laba bersih Rp 6,10 triliun, anjlok 51,43% YoY.
Direktur Keuangan PTBA Farida Thamrin mengungkapkan penurunan tersebut akibat merosotnya harga rata-rata alias Average Selling Price (ASP) batubara yang turun sekitar 23%. Namun untuk ICI-3 yang banyak digunakan PTBA, terjadi koreksi sebesar 34% dari US$ 127,8 per ton pada 2022 menjadi US$ 84,8 per ton pada tahun lalu.
Adapun sepanjang tahun lalu PTBA memproduksi sebanyak 41,9 juta ton, naik 13% dibandingkan capaian tahun 2022. Sejalan dengan itu, volume penjualan batubara PTBA juga meningkat dengan kenaikan 17% (YoY) menjadi 37 juta ton.
Target Tahun 2024
Sebagai panduan untuk tahun ini, PTBA akan mengerek naik volume penjualan batubara menjadi 43,1 juta ton. Dengan target volume produksi sebesar 41,3 juta ton dan volume angkutan 33,7 juta ton.
Arsal mengatakan, target volume penjualan lebih tinggi dibandingkan rencana produksi lantaran PTBA masih memiliki persediaan sekitar 11 juta ton dari tahun lalu.
"Kami melakukan perencanaan dengan mencermati perkembangan pasar terkini dan mengantisipasi berbagai faktor yang dinamis," terang Arsal.
Baca Juga: Ini Rekomendasi Saham Emiten yang Mendapat Dukungan dari Pelemahan Harga Gandum
Berkaca dari tahun lalu, pasokan ke pasar domestik mendominasi dengan porsi 58% dari total penjualan, sedangkan 42% ditujukan ke pasar ekspor. Di pasar dalam negeri, PTBA memasok untuk keperluan PLN, semen dan pupuk.
Sedangkan ke pasar ekspor, PTBA menjual batubara ke India, China, Korea Selatan dan Jepang. PTBA juga mulai masuk ke pasar Thailand dan Vietnam.
"Tapi fokus kami (pasar ekspor) tetap ke China, India dan Korea Selatan," imbuh Arsal.
Sembari mengejar target operasional di tahun ini, PTBA juga menyiapkan sejumlah agenda bisnis. Guna menopang rencana tersebut, Farida mengatakan bahwa PTBA menyiapkan belanja modal alias capital expenditure (capex) senilai Rp 2,9 triliun pada tahun 2024.
PTBA akan menggunakan capex tersebut untuk sejumlah keperluan, di antaranya menjalankan agenda unlocking logistic sebagai strategi meningkatkan kapasitas tambang batubara. Capex PTBA juga akan dipakai untuk kebutuhan infrastruktur operasional dan dialokasikan untuk keperluan beberapa anak perusahaan.
Rekomendasi Saham
Analis Mirae Asset Sekuritas, Rizkia Darmawan memperkirakan PTBA masih bisa menjaga kinerja pendapatan dan laba untuk tahun ini. Dia memprediksi harga batubara global yang sudah ternormalisasi bisa berada di sekitar US$ 125 per ton, level harga yang masih cukup baik bagi penambang.
Namun, Rizkia mengingatkan potensi tekanan terhadap ASP batubara juga masih terbuka. Hanya saja, kinerja PTBA bisa terangkat oleh kenaikan volume penjualan serta porsi penjualan domestik dan ekspor yang relatif terjaga.
"Kami ekspektasi (kinerja PTBA) masih oke, tapi tak naik secara signifikan. Bahkan mungkin masih bisa ada tekanan di harga jual, tapi sudah ternormalisasi. Target penjualan yang naik, itu bisa men-support," kata Rizkia kepada Kontan.co.id, Jum'at (8/3).
Soal pembagian dividen, Rizkia menaksir masih akan menjadi daya tarik, meski tidak setinggi tahun lalu. Dia memberikan catatan bahwa PTBA juga perlu menjaga performa fundamental keuangan, termasuk posisi kas. Apalagi dengan alokasi belanja modal yang cukup jumbo.
Analis Stocknow.id Emil Fajrizki menilai penurunan kinerja PTBA pada tahun 2023 terbilang wajar, sejalan dengan merosotnya harga batubara usai mencapai puncaknya pada 2022. Dia memprediksi kinerja PTBA masih akan tertekan pada tahun ini.
Meski begitu, saham PTBA masih menarik. Secara historis harga saham PTBA punya kecenderungan uptrend menjelang pembagian dividen. Begitu juga dengan tahun ini, dimana Emil melihat potensi harga PTBA bisa melaju ke level Rp 3.000 menjelang pembagian dividen.
Tapi Emil mengingatkan agar mewaspadai aksi profit taking setelah momentum dividen.
"Hal yang perlu diwaspadai melihat historical tahun kemarin ketika ex date saham PTBA langsung auto rejection bawah dua hari," sebut Emil.
Emil pun menyarankan strategi swing trade untuk saham PTBA mencermati momentum saat ini. Sedangkan Rizkia menyematkan rekomendasi hold terhadap saham PTBA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News