Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penguatan dolar Amerika Serikat (AS) semakin membenamkan posisi kurs rupiah. Pekan ini rupiah sudah menembus level Rp 15.000-an per dolar AS. Pada penutupan perdagangan Jumat (21/10), rupiah Jisdor berada pada level Rp Rp 15.610 per dolar AS, melemah 0,19% secara harian dan 1,42% secara mingguan.
Sejalan, rupiah spot juga ditutup melemah 0,39% ke Rp 15.632 per dolar AS secara harian dan terkoreksi 1,32% dalam sepekan.
Hingga akhir tahun, pelemahan mata uang Garuda kemungkinan besar masih akan berlanjut. Namun hal tersebut bisa saja dihindari dengan sejumlah kebijakan moneter baik dari eksternal maupun internal.
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo meyakini bahwa rupiah bakal bergerak melemah sampai tutup tahun 2022. Hal itu karena rupiah masih dibayangi oleh prospek kenaikan suku bunga The Fed yang diprediksikan akan tetap agresif. Pada sisa tahun ini, bank sentral Amerika itu diperkirakan bakal meningkatkan suku bunga untuk 2 kali kenaikan.
Baca Juga: Rupiah Kembali Lunglai di Hadapan AS pada Pekan Ini
Terlebih, kenaikan imbal hasil (yield) Obligasi AS terus mendukung likuiditas dolar yang menekan semua mata uang negara maju dan berkembang.
Sutopo bilang, dari sisi internal pun belum mampu mencegah turunnya rupiah lebih dalam. Langkah Bank Indonesia (BI) menaikkan suku bunga, sama sekali tidak berpengaruh untuk menguatkan posisi rupiah.
"Karena mata uang negara berkembang masih sangat dipengaruhi sentimen global," ucap Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (21/10).
Sedangkan, ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri mencermati bahwa masih ada harapan bagi rupiah untuk kembali menuju level penguatan. Penguatan rupiah di akhir tahun dapat terjadi dengan dukungan fundamental ekonomi yang masih solid.
"Jika kenaikan Fed Funds Rate sudah priced in dan terjadi capital inflow kembali ke pasar domestik. Maka, peluang rupiah menguat akan terbuka," kata Reny saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (21/10).
Namun, Reny menggarisbawahi bahwa penguatan itu bisa terjadi jika tidak ada tekanan begitu berarti dari eksternal. Sebab, pelemahan rupiah selama ini terjadi karena masih dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti normalisasi kebijakan sejumlah Bank Sentral terutama The Fed yang masih hawkish sehingga capital flight terjadi.
Baca Juga: Rupiah Melempem Lagi, Tembus Rp 15.632 Per Dolar AS di Akhir Pekan
Hingga akhir tahun, Sutopo meyakini kemungkinan rupiah akan bergerak melemah di rentang Rp 15.500 - Rp 16.000 per dolar AS. Area ini juga dicermati bakal bertahan hingga paruh pertama tahun depan.
Sedangkan, Reny cukup optimis ada potensi bagi rupiah untuk rebound atau berbalik menguat. Pada akhir tahun ini, rupiah diprediksi akan kembali ke kisaran Rp 14.800 - Rp 15.200 per dolar AS. Serta, akan berada di area Rp 14.900 - Rp 15.300 per dolar AS di semester I/2023.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News