kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.776.000   7.000   0,40%
  • USD/IDR 16.565   20,00   0,12%
  • IDX 6.511   38,26   0,59%
  • KOMPAS100 929   5,57   0,60%
  • LQ45 735   3,38   0,46%
  • ISSI 201   1,06   0,53%
  • IDX30 387   1,61   0,42%
  • IDXHIDIV20 468   2,62   0,56%
  • IDX80 105   0,58   0,56%
  • IDXV30 111   0,69   0,62%
  • IDXQ30 127   0,73   0,58%

Rupiah Terus Melemah, akan Sampai Seberapa Dalam Pelemahannya?


Selasa, 25 Maret 2025 / 18:07 WIB
Rupiah Terus Melemah, akan Sampai Seberapa Dalam Pelemahannya?
ILUSTRASI. Dari sisi internal, defisit fiskal Indonesia dan kebijakan devisa bebas menjadi katalis utama yang menekan mata uang rupiah. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.


Reporter: Lydia Tesaloni | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mata uang Garuda menyentuh level terendahnya sejak krisis moneter 1998. Rekor ini menjadi alarm waspada bagi Indonesia.

Pada Selasa (25/3) pagi, rupiah sempat menyentuh level Rp 16.642 per dolar Amerika Serikat. Namun, rupiah spot ditutup pada level Rp 16.612 pada akhir perdagangan Selasa (25/3), melemah 0,26% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.568 per dolar AS.

Sedangkan rupiah di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI) ada di level Rp 16.622 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (25/3), melemah 0,37% dari sehari sebelumnya

Sebagai perbandingan, rupiah mencetak level terendah pada 17 Juni 1998 di Rp 16.650. Pada masa itu, rupiah tertekan luar-dalam. Dari sisi internal, defisit fiskal Indonesia dan kebijakan devisa bebas menjadi katalis utama yang menekan mata uang Garuda. 

Baca Juga: Kompak, Rupiah Jisdor Melemah 0,37% ke Rp 16.622 per Dolar AS pada Selasa (25/3)

Namun selain itu, sentimen negatif terhadap kondisi politik Indonesia yang tidak stabil menyumbang sentimen negatif di mata investor dan berujung menekan rupiah.

Untuk kondisi saat ini, Research & Development PT Trijaya Pratama Futures Alwy Assegaf menilai kekhawatiran atas kesehatan fiskal anggaran menjadi salah satu katalis negatif terhadap nilai rupiah. Defisit APBN Februari 2025 di level 0,13% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang meningkat dari bulan sebelumnya menjadi salah satu sentimen negatif dari internal negara. 

“Pasar saat ini masih melihat langkah-langkah yang akan diambil oleh pemerintah, terutama mengenai kesehatan fiskal di bawah pemerintahan yang sekarang ini,” ungkap Alwy kepada Kontan.co.id, Selasa (25/3).

Alwy menilai hasil program-program berjalan pemerintah akan turut memberi pengaruh untuk nilai tukar rupiah. Kaitannya dengan itu, momentum merosotnya rupiah saat ini terjadi sehari setelah pengumuman pengurus megaproyek Danantara. 

Ekonom Senior KB Kalbe Valbury Sekuritas Fikri C. Permana menilai ada kekecewaan pasar terhadap nama-nama yang tertera dalam daftar.

“Ada nama-nama yang sempat diumumkan di jajaran eksekutif tapi ujung-ujungnya tidak ada. Di samping itu, yang diumumkan kemarin banyak juga yang punya double job, dalam artian bukan orang independen di Danantara. Saya pikir mungkin ini yang bikin market juga kurang menyukai,” papar Fikri kepada Kontan.co.id, Selasa (25/3).

Fikri menilai sentimen internal yang memberatkan nilai rupiah banyak datang dari sisi nonekonomi. Misalnya, pengesahan UU TNI yang dipaksakan dan berujung memicu demonstrasi di sejumlah daerah. Hal ini membuat pasar pesimistis dengan ketahanan domestik dan cenderung melakukan sell-off karena mempertimbangkan keamanan Indonesia.

Di sisi lain, cara pemerintah berkomunikasi dalam forum-forum formal, kata Fikri, juga dapat memberatkan sentimen rupiah. Fikri menilai, tanggapan tak serius untuk isu-isu penting seperti teror terhadap jurnalis dan anjloknya Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tidak disukai oleh pasar. Kepercayaan pasar terhadap Indonesia saat ini masih undervalue. 

Dari sudut pandang ekonomi, Fikri menyebut pembayaran dividen dan utang pemerintah yang membutuhkan USD akan meningkatkan apresiasi USD dan menekan rupiah. 

Dengan kondisi saat ini, Analis Doo Financial Lukman Leong menilai Bank Indonesia masih akan terus melakukan upaya-upaya intervensi untuk menopang rupiah. Pun begitu, kemampuan intervensi BI terbatas dengan sentimen eksternal.

Baca Juga: Loyo, Rupiah Spot Melemah 0,26% ke Rp 16.612 per Dolar AS pada Selasa (25/3)

Di tengah penantian arah kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, Lukman memproyeksi dolar AS akan mulai kembali rally setelah oversold dalam sebulan terakhir. Alwy menambahkan, pemangkasan suku bunga The Fed diprediksi hanya akan terjadi dua kali sepanjang tahun dan menguatkan dolar AS. 
Penguatan dolar AS ini, ujungnya akan semakin menekan rupiah, di samping ketegangan geopolitik global yang otomatis melemahkan mata uang berisiko seperti rupiah. 

Dengan tekanan tambahan ini, cadangan devisa yang digelontorkan BI untuk menjaga nilai rupiah akan terkuras. Menurut Lukman, situasi ekonomi memasuki kategori waspada sebab pelemahan rupiah yang berkelanjutan bisa menekan pertumbuhan ekonomi.

“Apabila perkembangan memburuk hingga perang dagang global, maka rupiah sangat mungkin menembus Rp 17.000 di kuartal II,” ungkap Lukman kepada Kontan.co.id, Selasa (25/3).

Fikri dan Alwy menyebut angka yang sama untuk proyeksi rupiah pada kuartal II, jika sentimen negatif internal dan eksternal tidak mereda. 

Jika pemerintah akhirnya berbenah dan mampu mengembalikan kepercayaan pasar, Fikri optimistis rupiah masih bisa terapresiasi di rentang Rp 16.100–Rp 16.300 per dolar AS di akhir tahun. 
Sementara Alwy optimistis rupiah akan terapresiasi di akhir tahun dan akan berada di level Rp 15.500–Rp 15.800 per dolar AS.

Selanjutnya: APPDI Desak Pemerintah Segera Berikan Izin Impor Daging, Ini Alasannya

Menarik Dibaca: 8 Cara Menghadapi Anak Remaja yang Keras Kepala, Hindari Ultimatum!

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Procurement Economies of Scale (SCMPES) Brush and Beyond

[X]
×