kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.505.000   -15.000   -0,99%
  • USD/IDR 16.295   0,00   0,00%
  • IDX 6.977   -130,64   -1,84%
  • KOMPAS100 1.042   -22,22   -2,09%
  • LQ45 818   -15,50   -1,86%
  • ISSI 213   -3,84   -1,77%
  • IDX30 417   -9,14   -2,14%
  • IDXHIDIV20 504   -9,85   -1,92%
  • IDX80 119   -2,45   -2,02%
  • IDXV30 125   -2,38   -1,87%
  • IDXQ30 139   -2,59   -1,83%

Rupiah Tertekan ke Rp 16.301 Per Dolar AS di Akhir Pekan Ini


Sabtu, 27 Juli 2024 / 06:25 WIB
Rupiah Tertekan ke Rp 16.301 Per Dolar AS di Akhir Pekan Ini
ILUSTRASI. Karyawan menghitung uang rupiah di Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (25/7/2024). Nilai tukar rupiah makin tertekan menjelang akhir bulan Juli. Hari ini, kurs rupiah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) melemah 0,27% ke Rp 16.268 per dolar Amerika Serikat (AS). Sedangkan pada pasar sport juga ditutup melemah di level Rp 16.250 per dolar AS. Rupiah melemah karena investor global cenderung menghindari aset berisiko. Level rupiah saat ini juga sejalan dengan pergerakan mata uang regional. (KONTAN/Cheppy A. Muchlis)


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah diterpa banyak sentimen mulai dari mundurnya Joe Biden hingga antisipasi data inflasi Amerika Serikat (AS) di pekan ini. Alhasil, rupiah tertekan baik di pasar spot maupun Jisdor.

Jumat (26/7), kurs rupiah spot melemah 0,67% secara mingguan ke Rp 16.301 per dolar AS. Kurs rupiah Jisdor Bank Indonesia juga melemah 0,58% secara mingguan ke level Rp 16.294 per dolar AS.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengamati, pelemahan rupiah pekan ini didorong oleh berbagai sentimen global dan juga permintaan dolar AS.  Perkembangan PDB AS, serta tren penurunan harga nikel, menjadi pendorong pelemahan rupiah dari sisi sentimen global.

Sementara itu, permintaan musiman dolar AS di pasar domestik di akhir bulan diperkirakan menjadi faktor utama lainnya yang mendorong depresiasi rupiah. Akibatnya rupiah cenderung bergerak melemah sepanjang pekan ini, terutama dalam dua hari terakhir.

“Ini sejalan dengan kekhawatiran terkait neraca transaksi berjalan Indonesia, serta permintaan dolar AS dalam negeri,” kata Josua kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Menurut Josua, rupiah berpotensi menguat di pekan depan pasca rilis pengumuman FOMC. Bank Permata memperkirakan the Fed akan mulai berikan sinyal pemotongan suku bunga pada pertemuan minggu depan.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Ikut Tertekan Jelang Akhir Pekan, Jumat (26/7)

Research & Education Coordinator Valbury Asia Futures Nanang Wahyudin mengatakan, rupiah harus rela melemah dalam dua pekan secara beruntun. Guncangan rupiah karena sentimen dari dalam dan luar negeri.

Dari domestik, rupiah tertekan akibat lelang Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) yang kembali mencatat penurunan bunga meski nilai penerbitan naik tajam. Animo investor menyusut dalam perburuan SRBI, meski bunga diskonto diberikan lebih rendah.

Sementara dari luar negeri, tekanan bagi rupiah sudah dirasakan sejak awal pekan. Hal itu seiring kabar pengunduran diri Joe Biden dari kontestasi Pilpres November mendatang yang membuat dolar menguat.

Terlebih lagi, sikap hati-hati investor global yang tengah menyoroti soal prospek suku bunga The Fed. Investor sedang mempertimbangkan data terbaru pekan ini, salah satunya Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika kuartal kedua yang tumbuh 2,8% dari 1,4% pada kuartal pertama 2024.

Nanang menyoroti bahwa angka inflasi PCE Amerika yang akan dipublikasikan malam ini turut memengaruhi kehati-hatian investor. Bila ekspektasi naik dan disertai aktualisasinya pada data inflasi AS tersebut, maka memberi dorongan bagi dolar untuk menguat.

“Terlebih lagi pekan depan serangkaian sentimen penting tersaji, di antaranya rapat Bank of Japan (BOJ) dan The Fed, serta data ketenagakerjaan Amerika,” kata Nanang kepada Kontan.co.id, Jumat (26/7).

Baca Juga: Indonesia Central Bank has Intervened in Forex Market, Official Says

Secara teknikal, Nanang melihat, rupiah terancam untuk kembali berada di atas Rp 16.300 per dolar AS di pekan depan. Proyeksi itu seiring dengan sikap investor yang akan mengantisipasi pertemuan Fed.

Bank sentral AS tersebut hampir dipastikan tidak mengubah suku bunga acuan pada 5,50%. Tetapi pernyataan dari Ketua The Fed Jerome Powell sangat dinanti investor guna mengetahui sejauh mana proyeksi pemangkasan bunga akan terjadi.

Selain itu, hampir dipastikan BOJ akan menaikkan suku bunga guna meredam pelemahan nilai tukar yen Jepang. Yen cukup agresif pekan ini karena carry trade.

Di samping itu, angka tenaga kerja AS juga tidak luput dari perhatian karena akan menjadi acuan soal suku bunga di September mendatang. Bila data kembali melambat, maka semakin kuat sinyal pemangkasan, dan tinggal melihat berapa besaran persentase pemangkasan tersebut.

Nanang memproyeksi pekan depan rupiah akan berada pada rentang Rp 16.200 per dolar AS–Rp 16.400 per dolar AS. Sedangkan, Josua memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.175 per dolar AS–Rp 16.325 per dolar AS di pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×