Reporter: Agus Triyono | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rupiah masih tertekan. Pasangan USD/IDR, Selasa (4/6) kemarin menguat 0,68% menjadi 9.875. Namun, kurs tengah dollar Amerika Serikat (AS) di Bank Indonesia (BI) melemah 0,06% menjadi 9.805.
Albertus Christian, analis Monex Investindo Futures mengatakan, rupiah banyak mendapatkan tekanan dari data Badan Pusat Statistik (BPS) yang mencatat neraca perdagangan di bulan April defisit sebesar US$ 1,62 miliar. Dari sisi global, rupiah masih mendapat tekanan dari penguatan dollar AS.
"Memang, data manufaktur AS terbaru yang negatif membuat dollar AS melemah, tapi efeknya hanya sesaat. Prospek ekonomi AS secara umum yang masih dalam proses pemulihan membuat pergerakan dollar AS positif," kata Albertus.
Raditya Ariwibowo, analis Divisi Treasuri BNI mengatakan, sebenarnya rupiah cenderung menguat akibat aksi intervensi BI. Penguatan rupiah juga ditopang oleh pergerakan bursa saham yang ditutp positif.
Raditya memperkirakan, hari ini, rupiah akan bergerak di area sempit. Aksi tunggu oleh pelaku pasar terhadap kebijakan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi akan membuat rupiah berkonsolidasi di level 9.785- 9.835.
Albertus juga meperkirakan, rupiah hari ini akan bergerak datar cenderung menguat. Dollar AS mendapat sentimen negatif dari rilis data manufaktur AS yang negatif, namun akan diimbangi oleh rilis data ketenagakerjaan AS versi ADB yang diperkirakan akan naik. Ini bakal memberi sedikit tenaga bagi dollar AS. Ia menduga, pasangan USD/IDR bergerak mendatar di kisaran 9.785- 9.940.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News