Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Jelang rilis FOMC Minutes, valuasi rupiah terkikis antisipasi pasar yang tertuju pada hasil pertemuan The Fed bulan lalu tersebut. Sementara dari dalam negeri, belum ada katalis penopang pergerakan rupiah.
Di pasar spot, Rabu (6/4) nilai tukar rupiah tergelincir 0,12% ke level Rp 13.238 per dollar AS dibanding hari sebelumnya. Ini sejalan dengan pergerakan rupiah di kurs tengah Bank Indonesia yang melemah tipis 0,05% di level Rp 13.223 per dollar AS.
Josua Pardede, Ekonom Bank Permata menuturkan dukungan dari data PMI non manufaktur AS yang positif cukup menangkat nilai tukar USD. Walau beberapa data ekonomi AS lainnya seperti neraca perdagangan dan JOLTS job openings masih tercatat negatif.
“Itu kenapa penguatan USD tidak signifikan, hanya terbatas. Karena sebenarnya indikator ekonomi AS juga variatif,” kata Josua. Hanya saja kini pasar menanti bagaiman hasil rilis FOMC minutes. Menanti lebih lanjut apakah laporan tersebut sejalan dengan pernyataan dovish Janet Yellen, Gubernur The Fed bulan lalu.
Ada dua skenario. Pertama jika hasil FOMC minutes sejalan dengan pernyataan dovish Yellen maka USD kian terhempas, namun jika sebaliknya itu malah jadi petaka bagi rupiah. "Saat ini semua bergerak serba hati-hati hanya saja perhatian pasar yang terpusat pada USD jadi tekanan bagi rupiah," jelas Josua.
Sebab jika kembali mempertimbangkan data domestik nyaris tidak ada faktor yang bisa menopang pergerakan rupiah. Jadi dalam perdagangan hari ini, rupiah murni terseret faktor USD.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News