Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Rupiah takluk di hadapan dollar Amerika Serikat (AS). Mata uang Garuda kehabisan amunisi di tengah kuatnya tekanan dari eksternal.
Kamis (26/11), di pasar spot, nilai tukar rupiah terdepresiasi 0,38% ke Rp 13.742 per dollar AS. Kurs tengah Bank Indonesia (BI) juga mencatat, rupiah melemah 0,44% ke Rp 13.733 per dollar AS.
Research and Analyst Monex Investindo Futures Yulia Safrina menilai, rupiah sulit melawan dollar AS, lantaran minim katalis domestik. Sedangkan, mata uang Paman Sam mendapat asupan tenaga dari rilis data ekonomi yang kinclong.
Lihat saja, data pemesanan barang tahan lama bulan Oktober naik 3%, jauh melampaui proyeksi sebesar 1,6%. Lalu, klaim pengangguran per pekan lalu lebih sedikit dibandingkan periode sebelumnya. "Mayoritas data ekonomi mendukung kenaikan suku bunga The Fed. Ini melemahkan rupiah," papar Yulia.
Analis Pasar Uang Bank Mandiri Rully Arya Wisnubroto sepakat, kuatnya sinyal kenaikan suku bunga The Fed semakin melemahkan rupiah. Potensi kenaikan bunga semakin besar, sebab pertumbuhan ekonomi kuartal III-2015 sebesar 2,1% sudah mencapai target.
Itu sebabnya Rully menduga, hingga akhir tahun ini sulit bagi rupiah menguat. "Meskipun rebound bersifat terbatas, hanya karena profit taking dollar," ujarnya.
Prediksi Rully, hari ini (27/11), rupiah masih tertekan antara Rp 13.715-Rp 13.765 per dollar AS. Yulia menebak, rupiah melemah ke Rp 13.670-Rp 13.840 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News