kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Rupiah spot ditutup stagnan di level Rp 14.123 per dolar AS, ini sentimennya


Jumat, 22 Oktober 2021 / 18:37 WIB
Rupiah spot ditutup stagnan di level Rp 14.123 per dolar AS, ini sentimennya
ILUSTRASI. Rupiah spot ditutup di level Rp 14.123 per dolar AS pada Jumat (22/10)


Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah mengakhir perdagangan pekan ini dengan kinerja yang stagnan. Di pasar spot, rupiah ditutup stagnan di level Rp 14.123 per dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini (22/10). Namun, jika dihitung dalam seminggu, rupiah spot masih melemah 0,34%.

Sementara di kurs JISDOR Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup di level Rp 14.162 per dolar AS atau melemah 0,21% dibandingkan penutupan sebelumnya. Sedangkan untuk sepekan terakhir, mata uang Garuda ini terdepresiasi 0,55%.

Kepala Ekonom Bank Central Asia David Sumual mengatakan, dalam beberapa waktu terakhir pergerakan rupiah berkorelasi dengan pergerakan harga komoditas. Setelah menguat cukup tajam dalam sebulan terakhir seiring dengan penguatan harga batubara dan CPO, pekan ini koreksi harga batubara pada akhirnya menyeret rupiah.

“Sebelumnya China meningkatkan pembelian batubara untuk memenuhi cadangan musim dingin, setelah terpenuhi dan mengurangi pembelian, harga batubara akhirnya turun di bawah US$ 200 per ton  dan rupiah juga ikut mengalami pelemahan,” kata David ketika dihubungi Kontan.co.id, Jumat (22/10).

Baca Juga: Rupiah spot ditutup stagnan di level Rp 14.123 per dolar AS pada hari ini (22/10)

Selain itu, David juga melihat sepekan ini pasar Asia memang cukup tertekan seiring adanya crackdown terkait Evergrande serta adanya perlambatan pertumbuhan properti di China. Ditambah lagi, kekhawatiran angka inflasi yang naik secara global di balik kenaikan harga komoditas turut menekan rupiah.

Menurut David, ekspektasi naiknya angka inflasi turut memicu meningkatnya ekspektasi Federal Reserve (The Fed) akan melakukan kenaikan suku bunga acuan lebih cepat dari perkiraan. Hal ini berujung pada menguatnya dolar AS sehingga rupiah pun mengalami pelemahan dalam seminggu terakhir.

Selanjutnya: Gencar bangun menara, Gihon Telekomunikasi (GHON) tambah 150 tenant di Q3-2021

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×