Reporter: Hikma Dirgantara | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah sempat menyentuh level tertingginya dalam beberapa bulan terakhir ketika menembus Rp 13.900 per dolar Amerika Serikat (AS). Kendati demikian, para analis menilai secara fundamental dan valuasi, rupiah idealnya berada di Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.100 per dolar AS.
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Puteri mengungkapkan, penguatan tajam rupiah yang menembus Rp 14.000 per dolar AS tidak terlepas dari berbagai sentimen yang memang menguntungkan rupiah. Mulai dari sentimen eksternal soal stimulus AS yang semakin menemui titik terang dan disambut optimisme pelaku pasar.
Sementara dari dalam negeri, data ekonomi Indonesia juga tercatat positif. Mulai dari surplus neraca perdagangan yang masih berlanjut, inflasi terjaga, hingga cadangan devisa yang masih tinggi. Apalagi, ada inflow atau aliran masuk dana asing di pasar saham maupun obligasi, walaupun belum sederas kondisi normal.
“Jadi optimisme pasar akhirnya mendorong laju bullish rupiah beberapa hari terakhir. Namun, kami melihat, secara fundamental dan valuasi, rupiah idealnya ada di kisaran Rp 14.000 per dolar AS-Rp 14.100 per dolar AS. Sehingga potensi koreksi masih terbuka,” kata Reny kepada Kontan.co.id, Selasa (16/2).
Baca Juga: Ada potensi profit taking, rupiah berpotensi kembali melemah
Reny melihat, posisi investor asing masih akan cenderung wait and see terlebih dahulu. Untuk pasar obligasi misalnya, dia menilai dengan kondisi global yang masih dalam proses pemulihan, investor asing akan cenderung mendiversifikasi dananya ke berbagai negara emerging markets.
Apalagi, karena masih pada awal tahun, pemerintah juga belum gencar dalam menerbitkan SBN. Oleh karena itu, Reny meyakini investor masih akan wait and see, dan baru mulai masuk lagi ketika pemerintah mulai gencar menerbitkan SBN. Indonesia menawarkan yield yang menarik di antara negara emerging markets lainnya.
Baca Juga: Meski melemah, kurs rupiah masih bertahan di bawah Rp 14.000