kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah perkasa, BI tak ambil penawaran di lelang DNDF


Senin, 07 Januari 2019 / 20:19 WIB
Rupiah perkasa, BI tak ambil penawaran di lelang DNDF


Reporter: Titis Nurdiana | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID.JAKARTA. Sentimen eksternal nampaknya kembali mengungkit otot rupiah. Kemarin, rupiah di pasar spot menguat 1,31% ke Rp 14.082 per dollar Amerika Serikat (AS). Adapun, rupiah pada kurs tengah Bank Indonesia menguat 1,71% menjadi Rp 14.105 per dollar AS.

Penguatan ini pula yang membuat Bank Indonesia (BI) tidak memenangkan satupun penawaran yang masuk dalam lelang domestic non deliverable forward (DNFD), kemarin (7/1). “BI tak ambil satupun penawaran karena saat lelang kurs spot rupiah menguat tajam sehingga kurs DNDF lebih murah disbanding lelang BI di Rp 14.168 per dollar AS,” ujar Direktur Eksekutif Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia (BI) Nanang Hendarsyah kepada kontan.co.id, kemarin (7/1).

Penguatan rupiah  kali ini terjadi  di tengah situasi pasar keuangan global yang diwarnai optimisme atas prospek hasil negosiasi kesepakatan sengketa dagang Amerika Serikat  dan China, serta perubahan sikap Chairman FOMC Jerome Powell. Jika sebelumnya tegas akan menaikkan suku bunga dua kali di 2019, Powell dalam peryataan pekan lalu mengisyaratkan akan lebih fleksibel dan akan menunggu perkembangan data ekonomi kedepan.

Pasca kejatuhan bursa saham Wall Streen, Powell juga mengaku siap melakukan perubahan dalam kebijakan suku bunga ke depan serta mulai melunak atas rencana proses penarikan likuiditas dari sistem keuangan.

Jika merujuk rencana AS, sebagai bagian dari proses normalisasi kebijakan moneter pasca krisis 2018, sejak Desember 2017 the Fed dalam proses melepaskan kembali surat surat berharga yang diterbitkan swasta,  dibeli the Fed untuk mengatasi krisis keuangan 2008/2009. Artinya, saat ini,  tengah terjadi penarikan likuiditas dari sistem keuangan. 

Surat berharga milik swasta yang ada pada dalam neraca bank sentral AS baru turun ke US$ 3,86 triliun per Januari 2018, dari US$ 4,2 triliun sejak Januari 2014.  Bila penarikan lkuiditas dari sistem keuangan dilakukan terlalu cepat, dapat menimbulkan pengetatan likuiditas dollar di seluruh dunia.

Meski kondisi ekonomi AS semakin solid, para analis juga memperkiarakan ekonomi AS tidak akan tetap kuat menahan pelemahan ekonomi global, bila ekonomi Eropa, Jepang, dan China semakin kehilangan tenaga.

Data ekonomi AS terakhir menunjukkan kondisi solid. Data Change in Nonfarm Payrolls bulan Desember 2018 meningkat melebihi ekspektasi pasar ke level 312.000 , dari estimasi hanya 184.000 dari bulan sebelumnya yang direvisi naik ke level 176.000 dari proyeksi 155.000. Ini artinya, ada peningkatan ke level tertinggi dalam 10 bulan terakhir.

Namun, sektor industry mulai melemah. Hal ini  terindikasi dari penurunan indek Purchasing Manager Index (PMI) dan ISM (Institute of Supply Management). Bahkan berbagai indikator manufaktur di Eropa dan China semakin menunjukkan kemerosotan sebagai indikasi perang dagang mulai menimbulkan efekk negatif.

Berbagai sentimen itu pula mendorong terjadinya pelemahan nilai tukar USD, penguatan index saham global dan kenaikan yield US Treasury. Dengan kondisi itu, “Kami memberikan ruang bagi rupiah untuk menguat, dan terys  mengawal penguatan tersebut, termasuk dengan intervensi bilateral melalui delapan broker,” ujar Nanang lebih lanjut.

Belakangan, aktivitas BI di pasar DNDF terus meningkat.  Selain untuk memastikan kurs offshore NDF terkendali,  BI  juga tengah berupata agar pasar DNDF lebih likuid dan efisien. Saat ini, ada 13 bank yang aktif di pasar interbank DNDF. Tak hanya itu,  sejumlah investor asing bertransaksi  di DDF untuk hedging investasi di saham, serta sejumlah korporasi termasuk satu BUMN ikut bertransaksi.

Varian mata uangnya juga makin banyal. “Selain dalam dollar USD/IDR, transaksi DNDF nasabah juga sudah ada yang melakukan dalam YEN/IDR dan Euro/IDT,” ujar Nanang.

Harapan BI, bila transaksi DNDF terus berkembang dan banyak digunakan untuk hedging, ini akan membantu BI untuk melayani transaksi pembelian valas di dalam negeri sehingga rupiah bisa lebih stabil.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×