Reporter: Dina Farisah | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Rupiah versus dollar Amerika Serikat (AS) ditutup sedikit melemah pada perdagangan Jumat (15/5). Di pasar spot, rupiah melemah 0,22% dibandingkan hari sebelumnya menjadi 13.084. Sebaliknya kurs tengah rupiah di Bank Indonesia (BI) menguat 0,74% ke Rp 13.090.
Faisyal, Research and Analyst PT Monex Investindo Futures, mengatakan, pergerakan rupiah seolah mengabaikan pengumuman neraca perdagangan Indonesia bulan April oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Neraca perdagangan Indonesia cukup positif, yakni surplus US$ 454 juta. "Seharusnya surplus neraca perdagangan berdampak positif terhadap rupiah," terang Faisyal.
Ia menilai, tekanan terhadap rupiah tak dapat dihindari lantaran angka pertumbuhan ekspor masih rendah. Dari sisi dollar AS, data ekonomi AS yang diumumkan Jumat (15/5) malam mengecewakan.
Produksi industri AS bulan Mei tumbuh 3,1 atau lebih rendah dari estimasi sebesar 5,1. Lalu, data manufaktur New York bulan April minus 0,3% atau lebih rendah dari prediksi, sebesar 0,1%.
Sementara tingkat kepercayaan konsumen AS bulan Mei meredup di level 88,6 meleset dari dugaan 95,9. Berdasarkan data ekonomi AS Faisyal melihat peluang rupiah terapresiasi pada pembukaan Senin (18/5). Meski demikian, rupiah akan bergerak hati-hati menjelang rapat Dewan Gubernur BI pada Selasa (19/5).
Seperti diketahui, Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat berbeda pandangan dengan Gubernur BI, Agus Martowardojo terkait arah BI rate. JK meminta BI rate dipangkas, tapi Agus ingin mempertahankannya. Apabila BI rate ditahan di level 7,5% maka rupiah akan bergerak netral.
Rully Arya Wisnubroto, analis pasar uang PT Bank Mandiri Tbk, menilai, rupiah di awal pekan berkesempatan menguat karena buruknya data ekonomi AS. Rully memprediksi, rupiah pada Senin (18/5) akan bergerak di kisaran Rp 13.025-Rp 13.150. Sementara Faisyal menduga rupiah bakal bergerak di Rp 13.000-Rp 13.120.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News