kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah menguat terhadap beberapa mata uang dunia sepanjang 2021, ini pendorongnya


Senin, 11 Oktober 2021 / 22:44 WIB
Rupiah menguat terhadap beberapa mata uang dunia sepanjang 2021, ini pendorongnya
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo.


Reporter: Achmad Jatnika | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah sepanjang tahun ini bergerak menguat terhadap beberapa mata uang utama dunia. Merujuk Bloomberg, secara year to date (ytd), rupiah menguat 1,21% terhadap dolar Singapura, rupiah juga menguat terhadap euro dengan penguatan 4,9%, rupiah menguat 7,64% terhadap yen Jepang. Rupiah juga menguat 3,68% terhadap dolar Australia.

Akan tetapi, rupiah masih melemah terhadap dolar AS dan poundsterling sepanjang tahun ini. Rupiah melemah 1,11% terhadap dolar AS, dan  melemah 0,91% terhadap poundsterling. 
 
Presiden Komisioner HFX Internasional Berjangka Sutopo Widodo mengatakan beberapa hal yang membuat rupiah menguat terhadap beberapa mata uang dunia, antara lain lantaran iklim investasi Indonesia yang baik.

Selain itu, menurutnya, Indonesia dianggap mampu dan mengungguli beberapa negara asia lainnya, terutama Asia Tenggara, dalam hal penanganan pandemi. Seperti dalam hal pelaksanaan PPKM dan vaksinasi yang berkembang pesat.

Pertumbuhan ekonomi dari kontraksi juga dianggap sebagai salah satu sentimen yang membuat rupiah menguat. “Pertumbuhan ekonomi sebesar 7,07% pada kuartal kedua, rebound tajam dari kontraksi 0,71% yang direvisi sedikit pada kuartal sebelumnya, dan mengalahkan konsensus pasar dengan pertumbuhan 6,57%,” jelasnya.

Rilis data ekonomi seperti indeks kepercayaan konsumen Indonesia juga melonjak 18,2 poin menjadi 95,5 pada September 2021, dari angka 77,3 pada bulan Agustus. “Itu adalah angka tertinggi sejak Juni, karena keenam sub-indeks utama membaik,” imbuh Sutopo.

Baca Juga: Simak sentimen yang akan mempengaruhi pergerakan rupiah hingga akhir tahun

Cadangan Devisa Indonesia juga meningkat menjadi US$ 146,9 miliar pada September 2021 dari US$ 144,8 miliar di Agustus 2021 atau meningkat 1,45% secara month on month (mom).

Akan tetapi, penjualan ritel di Indonesia turun 2,1% secara year on year (yoy) pada Agustus, setelah turun 2,9% di bulan sebelumnya.

“Panduan di atas adalah sentimen positif tentang kondisi ekonomi Indonesia yang jauh lebih unggul dibanding negara tetangga, ini juga menjadi alasan mengapa rupiah jauh lebih bertahan,” kata Sutopo, Senin (11/10).

Secara fundamental, ia melihat, gangguan pasokan yang dialami oleh Amerika, laporan pekerjaan yang berada di luar ekspektasi, dan drama perdebatan pagu utang di parlemen akan mengakibatkan ditundanya tapering hingga awal tahun 2022, jika ini terjadi menurutnya akan membuat dolar AS melemah.

“Meskipun pasar memperkirakan tapering tetap akan dilakukan hannya saja mengenai jumlah dan waktu belum diketahui dan hanya The Fed yang tahu pasti. Namun demikian, pasar telah mengantisipasi jauh-jauh hari, sehingga jika itu terjadi reaksi pasar sudah tidak terlalu fruktuatif,” ujar Sutopo.

Sutopo menilai dolar AS berpeluang melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.000 per dolar AS, ini menurutnya secara teknis akan terjadi apabila dolar AS menembus level Rp 14.184 per dolar AS.

Di tengah kondisi saat ini, menurutnya memegang mata uang cadangan seperti dolar AS masih akan baik. Sedangkan untuk pasangan yang ramai diperdagangankan saat ini cenderung ke mata uang komoditas seperti dolar Kanada, karena krisis energi yang terjadi di Eropa dan China telah mengangkat harga minyak, gas, dan batubara.

Selanjutnya: Indeks dolar berbalik menguat, rupiah diproyeksikan melemah pada Selasa (12/10)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×