Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah menguat tipis di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada Selasa (28/2). Penguatan rupiah masih dibayangi tekanan dari ekspektasi suku bunga lebih tinggi yang mendorong dolar AS berada di jalur positif.
Pada perdagangan Selasa (28/2), rupiah spot menguat tipis 0,05% menuju level Rp 15.261 per dolar AS. Sementara, rupiah Jisdor Bank Indonesia (BI) menguat 0,22% ke level Rp 15.240 per dolar AS.
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, pasar berekspektasi dolar AS melanjutkan reli setelah jeda singkat pada awal pekan. Hal tersebut membawa dolar AS mengakhiri Februari 2023 dengan kenaikan setelah penurunan empat bulan beruntun.
Baca Juga: Rupiah Diperkirakan Melemah pada Perdagangan Rabu (1/3)
Federal Reserve AS diperkirakan bakal menaikkan suku bunga lebih dari perkiraan semula. Perkiraan ini menguat setelah serangkaian data ekonomi yang lebih optimistis dari Amerika Serikat, sehingga membuat greenback melemah dalam beberapa pekan terakhir.
"Ketahanan di ekonomi terbesar dunia telah memberikan alasan bagi para pembuat kebijakan Fed untuk tetap hawkish, dengan investor sekarang mengharapkan suku bunga dana Fed mencapai puncak tepat di atas 5,4% pada bulan September," ujar Ibrahim dalam riset harian, Selasa (28/2).
Ibrahim mengatakan, Inggris dan Uni Eropa mengumumkan kesepakatan baru untuk pengaturan perdagangan pasca-Brexit untuk Irlandia Utara, yang dikenal sebagai Windsor Framework. Hal tersebut mencerahkan prospek ekonomi Inggris pasca-Brexit.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak sebelumnya mengatakan langkah itu akan membuka jalan bagi babak baru dalam hubungan London dengan blok tersebut.
Parlemen Inggris diperkirakan akan memberikan suara pada kesepakatan itu, dengan oposisi Partai Buruh mengatakan akan memberikan suara setuju.
Sementara, Pemimpin Partai Persatuan Demokratik Irlandia Utara (DUP) mengatakan partainya sedang mengerjakan rinciannya.
Dari internal, lanjut Ibrahim, ekonomi global di tahun 2023 cenderung melambat namun tidak akan jatuh ke lubang resesi. Hal tersebut dijadikan landasan karena mempertimbangkan kinerja ekonomi AS diharapkan tidak mengalami resesi usai pandemi.
Tidak hanya ekonomi AS yang akan alami soft landing, Tiongkok juga sudah kembali membuka ekonominya terhadap global. Kemudian, ekonomi Eropa juga lebih reselien meski sempat dihantam lonjakan harga minyak.
Sedangkan, kondisi ekonomi Indonesia cukup punya ketahanan pada 2022 di mana ekonomi tumbuh 5,3%. Ini menjadi bekal Indonesia untuk optimistis pada 2023 karena ditopang kuatnya konsumsi domestik meski inflasi sektor pangan harus terus dipastikan terkendali.
Pemerintah memiliki sejumlah strategi untuk membantu masyarakat dalam mengendalikan inflasi baik di pusat maupun daerah, hingga sampai saat ini inflasi di Indonesia masih cukup terjaga, terutama mengendalikan harga pangan yang relatif tinggi apalagi mendekati bulan Ramadhan dan lebaran Idul Fitri.
Baca Juga: Rupiah Spot Ditutup Menguat 0,05% ke Rp 15.261 Per Dolar AS Pada Selasa (28/2)
Selain itu, Bank Indonesia terus melakukan strategi bauran ekonomi guna mengendalikan inflasi dengan cara menaikkan suku bunga acuan dan suku bunga kredit. Serta, melakukan intervensi di pasar valas, obligasi di perdagangan Domestic Non-Deliverable Forwade (DNDF) dengan menggunakan rupiah sebagai alat intervensinya dan tidak lagi menggunakan mata uang dolar.
Ibrahim memproyeksikan, rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah pada rentang Rp 15.230 per dolar AS - Rp 15.300 per dolar AS di perdagangan Rabu (1/3).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News