Reporter: Muhammad Kusuma | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kurs rupiah menguat seiring kondisi geopolitik yang berangsur kondusif. Melansir Bloomberg, Kamis (9/1) pukul 12.00 WIB, kurs rupiah menguat 0,27% ke Rp 13.862 per dolar AS.
Indeks dolar AS yang mencerminkan nilai tukar dollar AS terhadap mata uang utama dunia kini berada di level 97,28 turun tipis dari sebelumnya 97,29.
Baca Juga: AS tunda larangan lisensi untuk ekspor uranium tingkat bom selama 2 tahun
Ekonom Bank Negara Indonesia (BNI) Ryan Kiryanto menjelaskan, apresiasi rupiah didorong oleh kombinasi antara faktor eksternal dan internal.
Dari segi eksternal, menurutnya faktor pendorong utama adalah meredanya tensi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Tensi antar kedua negara mereda pasca presiden AS Donald Trump menyampaikan pidato untuk tidak membalas serangan militer Iran.
Donald Trump merasa AS tidak perlu menanggapi Iran secara militer. Meski begitu, AS akan menerapkan sanksi ekonomi atas tindakan Iran.
Baca Juga: Rupiah terus menguat ke Rp 13.853 per dolar AS pada pukul 10.18 WIB, Kamis (9/1)
Kemudian menurut Ryan, isu Brexit yang sudah mereda dengan kemenangan politik Perdana Menteri (PM) Boris Johnson turut memengaruhi pergerakan rupiah. Resolusi dari isu Brexit menjadi angin segar bagi perekonomian global.
Dari dalam negeri, Ryan menjelaskan cadangan devisa Indonesia yang meningkat mampu mendorong rupiah untuk terus menguat.
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Desember 2019 mencapai US$ 129,18 miliar atau naik US$ 2,55 miliar dari bulan sebelumnya.
“Perkembangan makro ekonomi stabil dengan pertumbuhan 5,05% dan inflasi dibawah 3%,” jelas Ryan pada Kontan.co.id Kamis (9/1).
Baca Juga: Rupiah mencapai level terkuat sejak Juni 2018
Selain itu, menurutnya persepsi investor asing di Indonesia masih positif melihat adanya reformasi struktural dengan rencana penerbitan UU Omnibus Law.
Analis PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) Fikri C Permana mengatakan hal yang sama. Rupiah terus menguat karena didorong tensi Timur Tengah yang terus mereda serta pengumuman cadangan devisa Indonesia kemarin.
Namun menurutnya, rupiah masih berpotensi untuk melemah mengikuti kenaikan harga minyak dunia. “Minyak menjadi salah satu penyumbang defisit perdagangan terbesar Indonesia,” jelasnya.
Baca Juga: Mencermati sejumlah sinyal konflik AS-Iran tidak berlanjut ke perang terbuka
Ryan memprediksi rupiah akan melanjutkan tren penguatan hari ini. Menurutnya rupiah akan berada pada rentang Rp 13.750 hingga Rp 13.850 per dolar AS. Sementara, Fikri memprediksi rupiah akan mengalami volatilitas di rentang Rp 13.820 hingga Rp 13.920 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News