Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Rupiah menguat di pekan terakhir perdagangan tahun 2023. Dolar Amerika Serikat (AS) yang lebih lemah memberikan keuntungan bagi sejumlah mata uang termasuk rupiah.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan, rupiah menguat di pekan ini seiring pelemahan dolar AS yang terus meluas. Dolar diperdagangkan lebih rendah menyusul serangkaian data ekonomi yang lebih lemah dari perkiraan di pekan sebelumnya.
“Data final Produk Domestik Bruto (PDB) AS kuartal ketiga 2023 direvisi lebih rendah dan data inflasi PCE bulan November juga lebih rendah dari perkiraan,” kata Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (29/12).
Presiden Komisioner HFX International Berjangka Sutopo Widodo mengamati, Indeks dolar stabil di atas 101 pada hari Jumat (29/12) tetapi masih diperkirakan akan berakhir lebih rendah pada akhir tahun 2023 ini.
Hal itu dikarenakan para pedagang bertaruh bahwa Federal Reserve (The Fed) dapat mulai memotong suku bunga secepatnya pada bulan Maret tahun 2024.
“Setelah menerapkan siklus kenaikan suku bunga agresif yang dimulai pada awal tahun 2022, bank sentral AS kini diperkirakan akan mulai melakukan pelonggaran pada awal tahun depan di tengah tanda-tanda bahwa inflasi di AS sedang mereda,” imbuh Sutopo kepada Kontan.co.id, Jumat (29/12).
Baca Juga: Kurs Rupiah Menguat Tipis 1% di Tahun 2023, Intip Prediksi Awal 2024
Sutopo melihat, sikap The Fed yang cenderung dovish pada pertemuan kebijakan bulan Desember 2023, yang mengisyaratkan penurunan suku bunga berulang kali pada tahun 2024 dan seterusnya juga memperkuat pandangan tersebut.
Selain itu, Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris mengindikasikan tidak ada niat untuk menurunkan suku bunga dalam waktu dekat, sementara bank sentral besar lainnya diperkirakan akan mengikuti jejak The Fed dalam melakukan pelonggaran kebijakan, sehingga semakin menekan dolar.
Analis Deu Calion Futures (DCFX) Andrew Fischer menambahkan bahwa ekspektasi kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed telah menjadi katalis positif bagi rupiah. Investor berpandangan bahwa bank sentral AS akan cenderung dovish di tahun depan, sehingga mereka mencoba meninggalkan dolar AS.
Rupiah turut mendapatkan dukungan dari optimisme pejabat negeri terhadap nasib nilai tukar ke depan. Sehingga berpengaruh pada penguatan rupiah, ditambah lagi saat kondisi dolar AS tengah mengalami koreksi.
Andrew mencermati, rupiah di perdagangan pekan depan akan dipengaruhi oleh narasi dalam FOMC Minutes dan rilis data Non Farm Payroll (NFP) AS. Kedua sentimen tersebut akan memberikan gambaran terkait arah suku bunga Amerika Serikat.
“Investor akan tertuju kepada data tenaga kerja AS di pekan depan,” ungkap Andrew saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (29/12).
Baca Juga: Intip Proyeksi IHSG Versi Bos BEI di Tahun 2024
Andew menyebutkan, pergerakan nilai tukar rupiah kemungkinan sangat terdampak keputusan NFP yang bakal dirilis akhir pekan depan, Jumat (5/1). Data tenaga kerja tersebut diperkirakan membawa koreksi bagi dolar AS, sehingga Rupiah kemungkinan bakal bergerak dalam rentang Rp 15.200 per dolar AS – Rp 15.300 per dolar AS di akhir pekan depan.
Di samping itu, Lukman menimpali bahwa pelaku pasar akan memperhatikan sentimen dari luar negeri yakni data manufaktur dan service China, data manufaktur AS, risalah pertemuan FOMC, serta data tenaga kerja NFP. Dari dalam negeri, rilis data inflasi bulan Desember 2023 akan menjadi perhatian.
“Pekan depan investor menantikan serangkaian data ekonomi penting baik dari dalam maupun luar negeri. Arah rupiah akan sangat tergantung pada hasil dari data dan pertemuan tersebut,” ujar Lukman.
Menurut Lukman, walaupun dolar AS tertekan akhir-akhir ini, namun indeks dolar AS berhasil rebound dan bertahan di atas level 100. Oleh karena itu, dolar AS saat ini diperkirakan sudah oversold dan memicu bargain hunting, yang bisa berdampak pada koreksi rupiah.
Lukman memproyeksi rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 15.350 - Rp 15.550 per dolar AS. Kalau Sutopo memperkirakan rupiah diperdagangkan pada rentang antara Rp 15.400 per dolar AS - Rp 15.600 per dolar AS di pekan depan.
Mengutip Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup pada posisi Rp 15.399 per dolar AS pada Jumat (29/12). Rupiah spot menguat sekitar 0,55% dari posisi pekan lalu Rp 15.484 per dolar AS dan menguat 0.12% dari posisi kemarin Rp 15.418 per dolar AS.
Sementara itu, Rupiah jisdor Bank Indonesia (BI) ditutup pada posisi Rp 15.439 per dolar AS di perdagangan terakhir tahun ini, Jumat (29/12). Secara mingguan, rupiah jisdor menguat sekitar 0.32% dari posisi akhir pekan lalu Rp 15.489 per dolar AS, namun rupiah jisdor BI melemah 0.14% dibandingkan posisi kemarin Rp 15.416 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News