Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah bergerak menguat selama sepekan ini. Sikap the Fed yang dovish dan membaiknya komunikasi antara pemerintahan yang lama dan yang akan datang menjadi pendorongnya.
Berdasarkan Bloomberg, kurs rupiah spot ditutup di level Rp 16.321 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (7/5). Artinya, rupiah menguat 0,26% dibandingkan awal pekan kemarin di level Rp 16.321 per dolar AS. Sementara kurs rupiah Jisdor juga menguat 0,26% selama sepekan ke Rp 16.312 per dolar AS dari awal pekan di Rp 16.335 per dolar AS.
Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, rupiah menguat karena indeks dolar (DXY) melemah. Adapun penguatan rupiah disebut didorong dari membaiknya komunikasi dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu) dan TKN kepada pasar.
"Sehingga memberikan rasa tenang kepada pasar," ujarnya kepada Kontan.co.id, Jumat (5/7).
Baca Juga: Menguat 2,69% ke Level 7.253,37 di Pekan Pertama Juli, Kemana Arah IHSG Berikutnya?
Masih dari dalam negeri, pada pengumuman cadangan devisa tadi pagi juga terdapat tambahan sebesar US$ 1,2 miliar. Inflow tersebut disebabkan oleh penerbitan global bond oleh pemerintah pada 25 Juni lalu.
Di sisi lain, penurunan DXY karena ekspektasi pemangkasan Fed Rate yang sedikit meningkat. Lalu, juga didorong risiko politik di Uni Eropa yang mulai berkurang.
"Untuk politik, di AS juga ada rasa kurang percaya karena calon presiden dinilai sudah terlalu tua dan kebijakannya juga dinilai masih kurang dampaknya terhadap publik," sebutnya.
Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong menambahkan, pernyataan dovish dari Ketua the Fed Powell serta data-data ekonomi AS yang lebih lemah. Meski begitu, dia menilai prospek pergerakan rupiah masih akan tergantung data tingkat pengangguran dan non-farm payroll AS.
Baca Juga: Cadangan Devisa RI Diproyeksi Bergerak Positif Sejalan Inflasi Global yang Melandai
Data NFP diperkirakan akan menunjukkan angka yang lemah atau sesuai konsensus. Namun apabila sebaliknya, diperkirakan pelemahan dolar AS akan terhenti sementara.
Selain itu, investor juga masih perlu mengantisipasi data inflasi AS yang akan dirilis Kamis depan. "Walau masih tertekan, namun pelemahan dolar AS diperkirakan tidak akan besar hingga data inflasi tersebut dirilis," sebutnya.
Dari domestik, akan ada dirilis data penjualan ritel dan indeks kepercayaan konsumen. Dengan berbagai hal tersebut, Lukman perkirakan rupiah akan bergerak di Rp 16.200 per dolar AS-Rp 16.350 per dolar AS pada Senin (8/7).
Fikri juga berpendapat serupa. Menurut dia, jika data tingkat pengangguran AS dan NFP sesuai konsensus, maka DXY bisa turun di bawah 105. "Rupiah akan bergerak di Rp 16.220 per dolar AS-Rp 16.300 per dolar AS," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News