Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pergerakan rupiah di pasar spot masih perkasa hingga akhir perdagangan Selasa (10/11), rupiah spot ditutup di level Rp 14.058 per dolar Amerika Serikat (AS). Artinya, rupiah menguat tipis 0,05% dibanding penutupan Senin (9/11) di Rp 14.065 per dolar AS.
Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan, penguatan rupiah akan memberikan dampak positif khususnya bagi para emiten yang bergerak di bidang importir.
Menurutnya, menguatnya rupiah akan memberikan indikasi adanya biaya-biaya yang terpangkas dan akan mendorong kenaikan keuntungan.
Hanya saja, ia belum bisa memperkirakan sejauh mana penguatan rupiah ini akan memberikan keuntungan bagi emiten-emiten tersebut karena tingkat volatilitasnya masih sangat tinggi.
Menurut Nico, emiten yang bergerak di bidang industri farmasi akan menjadi salah satu sektor yang akan dilirik, karena ketergantungannya dengan bahan baku impor. Pasalnya, sejauh ini bahan baku obat masih diimpor dengan porsi sekitar 80% - 90%.
Baca Juga: Rupiah ditutup menguat 0,05% ke Rp 14.058 per dolar AS pada hari ini (10/11)
“Jadi semua emiten yang memiliki basis impor akan menjadi diuntungkan, namun sejauh mana penguatan rupiah dapat konsisten, di situ akan menjadi nilai tambah bagi emiten,” tuturnya, Rabu (10/11).
Perusahaan seperti PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) juga berpotensi mengalami perbaikan kinerja sejalan dengan menguatnya rupiah, apalagi penetrasi smartphone di Indonesia terbilang masih sangat besar.
Berbanding terbaik, emiten yang berbasis ekspor akan menghadapi tekanan di tengah penguatan rupiah. Ia mencontohkan, emiten barang konsumsi PT Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP) yang berupaya menggenjot pasar ekspor bisa jadi terkena tekanan jangka pendek dari penguatan rupiah ini.
Hanya saja, Nico belum dapat memberikan rekomendasi terhadap saham-saham dari sektor yang diuntungkan serta dirugikan dengan adanya penguatan nilai tukar rupiah ini lantaran harga sahamnya sudah mengalami kenaikan.
Sedangkan, Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana mengatakan ada sejumlah saham yang bisa dilirik seiring dengan menguatnya nilai tukar rupiah misalnya saja saham emiten Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), Astra International Tbk (ASII), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM).
Menurut Herditya, emiten-emiten tersebut diuntungkan dari penguatan rupiah karena bahan bakunya merupakan impor, dan ANTM sendiri diuntungkan dari penguatnya harga nikel. “Untuk BBRI, dengan penguatan rupiah, maka setidaknya ada perbaikan ekonomi sehingga diperkirakan akan mengangkat saham perbankan,” jelasnya.
Pada akhir perdagangan Selasa (10/11), saham KLBF menguat 1,01% ke harga Rp 1.495, kemudian BBRI melesat 8,40% ke harga Rp 4.000, saham ASII juga naik 2,68% ke harga Rp 5.750 per saham, sementara ANTM terkoreksi 3,23% ke harga Rp 1.200 per saham.
Selanjutnya: Saham-saham ini bisa dicermati seiring penguatan nilai tukar rupiah
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News