kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah Menguat 4 Hari Beruntun, Begini Prospek Hingga Tutup Tahun


Senin, 16 Januari 2023 / 20:15 WIB
Rupiah Menguat 4 Hari Beruntun, Begini Prospek Hingga Tutup Tahun
ILUSTRASI. Kurs rupiah spot hari ini, Senin (16/1) menguat 0,69% ke Rp 15.045 per dolar AS.


Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai kurs rupiah mencapai level paling kuat sejak September 2020. Kurs rupiah spot hari ini, Senin (16/1) menguat 0,69% ke Rp 15.045 per dolar Amerika Serikat (AS) dari akhir pekan lalu Rp 15.149 per dolar AS.

Kurs rupiah bahkan sempat menguat di bawah Rp 15.000, yakni Rp 14.983 per dolar AS pada Senin siang. Kurs rupiah di pasar spot dan Jisdor menguat dalam empat hari perdagangan berturut-turut.

Analis Monex Investindo Futures Andian Wijaya mengatakan bahwa penguatan rupiah di awal tahun 2023 tak terlepas dari Federal Reserve yang diekspektasikan tidak akan terlalu agresif menaikkan suku bunga sepanjang 2023. Meskipun optimistis rupiah masih dapat menguat, Andian mengingatkan akan adanya pengumuman kebijakan moneter The Fed di awal Februari 2023.

“Jika The Fed kembali bersikap agresif, bukan tidak mungkin indeks dolar AS akan kembali menguat dan menyebabkan rupiah turun,” ujar dia kepada Kontan.co.id, Senin (16/1).

Baca Juga: Masih Ada Potensi Surplus Neraca Dagang Hingga US$ 5 Miliar di Awal Tahun 2023

Senada, Senior Economist KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana mengatakan, masih banyak tantangan yang dihadapi rupiah, terutama dari pergerakan The Fed dalam menaklukkan inflasi di AS.

“Ini baru tiga minggu awal 2023. Ke depan, market akan masih melihat diferensiasi antara Bank Indonesia (BI) dengan The Fed. Mungkin itu akan mempengaruhi pergerakan dari rupiah dan dolar AS,” kata Fikri kepada Kontan.co.id, Senin (16/1).

Fikri memaparkan, apresiasi terhadap rupiah dipengaruhi oleh pelemahan indeks dolar AS. Hal yang membuat rupiah terapresiasi sekarang, bukan karena rupiahnya yang menguat. Tetapi, akibat dibantu faktor global juga, termasuk penurunan indeks dolar AS dan reopening perekonomian China.

Menurut Fikri, rupiah kemungkinan akan kembali menyentuh di bawah Rp 15.000 per dolar AS dalam waktu dekat. Namun, rupiah akan tertekan akibat keuntungan neraca dagang pada Desember 2022 yang dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) menyusut dibandingkan surplus pada November 2022.

Baca Juga: Kurs Rupiah Jisdor Menguat 1,04% ke Rp 15.019 Hari Ini, Senin (16/1)

Sebagai informasi, BPS mencatatkan keuntungan neraca perdagangan barang Indonesia pada periode Desember sebesar US$ 3,89 miliar. Sementara, capaian surplus neraca perdagangan November 2022 yang sebesar US$ 5,16 miliar.

Selain itu, nilai rupiah juga akan sangat bergantung dengan pengumuman pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada Kamis ini. Dengan risiko yang masih cukup tinggi, termasuk adanya kemungkinan The Fed pada Februari 2023, akan cukup sulit melihat apa yang akan dilakukan BI pada Kamis ini.

Namun, Fikri memprediksi BI akan mempertimbangkan untuk menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin, dari 5,5% menjadi 5,75%. Hal itu, kata Fikri, akan menjaga rupiah menjadi relatif lebih stabil. Tapi Fikri menegaskan BI masih punya banyak pekerjaan rumah untuk membuat rupiah stabil.

Baca Juga: Paling Perkasa, Rupiah Menguat 0,69% ke Rp 15.045 per Dolar AS, Senin (16/1)

“BI harus mempertimbangkan ekspektasi dari risiko gejolak global saat The Fed menaikkan suku bunganya di awal Februari. BI harus menjaga interest rate differential dan perlu menjaga ekspektasi pro-stability terkait rupiah,” ungkap dia.

Di sisi lain, ada juga risiko lain di dalam negeri yang harus diperhatikan, yaitu bagaimana BI bisa mengatur inflasi di dalam negeri. Inflasi yang masih ada di kisaran 4%-6% menyebabkan bank sentral juga harus mempertimbangkan daya beli masyarakat.

“Selain itu, ada juga dampak dari sisi politik di akhir tahun yang bisa menjadi salah satu faktor yang goncangan rupiah,” kata Fikri.

Andian memprediksi rupiah masih berpeluang menguji di Rp 14.500 per dolar AS–Rp 14.700 per dolar AS, meskipun kemungkinan besar akan terkoreksi di awal Februari 2023.

Sementara, Fikri memprediksi rupiah akan berada di kisaran Rp 15.300 per dolar AS–Rp 15.600 per dolar AS di akhir tahun 2023.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×