Reporter: Intan Nirmala Sari | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah diprediksi bakal bergerak tidak jauh dari kisaran Rp 14.200 per dollar AS pada perdagangan, Rabu (12/6). Mengikuti tren sideways saat ini dengan sentimen eksternal yang masih mendominasi.
Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), rupiah hari ini (11/6) masih mencatatkan pelemahan tipis 0,18% ke level Rp 14.258 per dollar AS. Sedangkan menurut data Bloomberg, kurs rupiah menguat 0,08% ke harga Rp 14.238 per dollar AS.
Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual mengatakan, pergerakan kurs masih didominasi oleh isu atau sentimen eksternal. Mengingat, penguatan akhir Mei lalu sebatas karena rilis data Standard and Poor (S&P) yang menaikkan peringkat utang Indonesia ke peringkat layak investasi dari BBB- menjadi BBB.
"Makannya, sekarang sudah mulai rebound, ditambah lagi permintaan (dollar AS) juga meningkat awal bulan ini untuk kebutuhan impor. Jadi kelihatannya pergerakan (rupiah) besok tipis," jelas David kepada Kontan.co.id, Selasa (11/6).
Selain itu, munculnya sinyal dari Bank Sentral AS (The Fed) untuk melonggarkan kebijakan moneternya dalam waktu dekat.
Di sisi lain, Bank Sentral Rakyat China (PBoC) berencana membiarkan mata uangnya yakni yuan untuk bergerak lebih fleksibel sebagai bentuk antisipasi dampak perang dagang China dan AS.
Ditambah lagi, perkembangan indikator makro ekonomi AS dan China turut menjadi sorotan. Sedangkan dari sentimen domestik, David menilai belum ada sentimen kuat yang bisa menahan rupiah di level penguatan lebih lama lagi.
Menurutnya, data inflasi Mei yang cukup tinggi sudah dalam ekspektasi pasar sebelumnya, seiring dengan periode puasa dan lebaran.
"Jadi trennya sekarang lebih sideways Rp 14.200 hingga Rp 14.270 per dollar AS, dengan sentimen eksternal masih akan mendominasi pergerakan rupiah besok," tandas David.
Sementara itu, pasar juga tengah menunggu pengumuman Bank Indonesia 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang bakal dirilis bulan ini.
Apalagi, rencana The Fed untuk melonggarkan kebijakannya, diyakini bakal berimbas positif bagi emerging currency termasuk Indonesia dengan masuknya aliran dana asing nantinya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News