kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   0,00   0,00%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Rupiah Melemah 0,46% Terhadap Dolar AS di Pekan Ini


Jumat, 18 Agustus 2023 / 20:00 WIB
Rupiah Melemah 0,46% Terhadap Dolar AS di Pekan Ini
ILUSTRASI. Rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pekan ini. ANTARA FOTO/Reno Esnir/tom.


Reporter: Akmalal Hamdhi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah cenderung melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di perdagangan pekan ini. Sikap Hawkish The Fed yang masih bertahan dan memburuknya situasi perekonomian China telah menekan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Jumat (18/8) rupiah ditutup pada level Rp 15.290 per dolar Amerika Serikat di akhir perdagangan Jumat (18/8). Nilai tukar rupiah melemah 0,46% dalam sepekan dan terkoreksi tipis 0,05% secara harian.

Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan, rupiah sempat turun tajam ke level Rp 15.300 per dolar AS di awal pekan karena tekanan dari data inflasi yang lebih tinggi dari ekspektasi pasar. Hal itu mendorong ekspektasi bahwa Bank Sentral AS akan mempertahankan suku bunga tinggi dalam waktu yang lama dan berpotensi menaikkan kembali suku bunga di 2024.

Baca Juga: Rupiah Melemah pada Pekan Ini Akibat Sikap The Fed dan Perekonomian China

Setelah itu, data klaim pengangguran AS di Kamis (17/8) turun melebihi ekspektasi pasar telah menciptakan kemungkinan bank sentral AS akan mengerek suku bunga. Pasar tenaga kerja yang kuat memberi Federal Reserve lebih banyak ruang untuk terus menaikkan suku bunga.

“Data tenaga kerja yang kuat juga datang tepat setelah risalah pertemuan Juli The Fed menunjukkan bahwa sebagian besar pembuat kebijakan mendukung suku bunga yang lebih tinggi untuk mengekang inflasi yang kaku,” ujar Ibrahim saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (18/8).

Ibrahim menjelaskan, peningkatan atau bahkan suku bunga AS yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama menjadi pertanda buruk bagi pasar Asia, karena kesenjangan antara imbal hasil berisiko dan berisiko rendah menyempit. 

Benchmark imbal hasil Treasury AS diperdagangkan mendekati level tertinggi sejak krisis keuangan 2008.

Sementara itu, sentimen di pasar Asia dipengaruhi oleh perekonomian di China yang terus mengalami permasalahan, sehingga membuat kemungkinan adanya pemangkasan suku bunga pinjaman jangka menengah dan panjang masing-masing sebesar 15 bps di pekan depan.

Kendati demikian, Ibrahim mencermati, faktor internal masih cukup kuat terutama pasca pidato Jokowi tanggal 16 Agustus bahwa inflasi akan tetap terjaga dan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai 5.20% di tahun 2024. Alhasil, rupiah hanya melemah terbatas di hadapan dolar AS.

Baca Juga: Tak Bergerak, Rupiah Jisdor Betah di Rp 15.309 Per Dolar AS Pada Hari Ini (18/8)

Proyeksi pertumbuhan ekonomi 2024 sebesar 5,2% sangat bertentangan dengan proyeksi berbagai lembaga internasional. IMF dan ADB memperkirakan perekonomian Indonesia pada 2024 hanya akan tumbuh di level 5%.

Di pekan depan, rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif dengan kemungkinan cenderung menguat. Menurut Ibrahim, optimisme terkait pertumbuhan ekonomi domestik akan menjadi pendorong nilai tukar rupiah. Sementara bank sentral AS ataupun bank sentral Eropa diperkirakan masih mempertahankan suku bunga di level tinggi guna memerangi inflasi.

Ibrahim memperkirakan USD/IDR bakal bergerak di kisaran Rp 15.030 per dolar AS – Rp 15.250 per dolar AS di perdagangan pekan depan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×