Reporter: Aris Nurjani | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sentimen eksternal menjadi penyebab tekanan rupiah selama sepekan ini. Inflasi Amerika Serikat (AS) dan kekhawatiran pasar akan potensi kenaikan suku bunga yang lebih agresif oleh Federal Reserve menjadi penyebab penguatan dolar AS dan menekan kurs rupiah.
Melansir Bloomberg, pada perdagangan hari ini Jumat (15/7) kurs rupiah di pasar spot ditutup di level Rp 14.996 per dolar. Jika dibandingkan dengan penutupan sebelumnya, rupiah melemah 0,16%. Sementara dalam sepekan, rupiah melemah 0,11%.
Hal yang sama terjadi di kurs referensi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah ditutup datar ke Rp 14.999 per dolar AS dibandingkan perdagangan sebelumnya. Sementara jika dihitung dalam seminggu terakhir, mata uang Garuda ini melemah 0,12%.
Baca Juga: Rupiah Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Kisaran Kurs Awal Pekan Depan
Analis DCFX Futures Lukman Leong melihat pergerakan rupiah selama sepekan tertekan sama seperti mata uang lainnya dikejutkan oleh data inflasi yang tinggi.
"Rupiah melemah oleh penguatan dolar yang didorong oleh ekspektasi kenaikan suku bunga agresif the Fed yang akan semakin meningkatkan kekuatiran resesi dan faktor suku bunga dan flight to safety membuat investor melepas mata uang berisiko," ucap Lukman kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7)
Lukman mengatakan harga komoditas akan kembali menjadi perhatian. Apalagi ada data surplus perdagangan Indonesia yang menjadi penahan pelemahan rupiah lebih lanjut.
"Neraca perdagangan tentu sangat membantu. Tanpa kekuatiran resesi dan inflasi, rupiah seharusnya sudah bisa menguat di bawah Rp 14.000 seperti ketika commodity boom di tahun 2000-an," kata Lukman.
Baca Juga: Melorot 1,31% Sepekan, IHSG Diproyeksi Tertekan Lagi Pekan Depan
Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri pun mengatakan investor merespons data inflasi AS yang berada di atas ekspektasi. Inflasi AS tercatat sebesar 9,1% yoy pada Juni 2022, lebih tinggi dibanding konsensus sebesar 8,8%.
Tingginya inflasi AS terutama didorong oleh kenaikan harga energi. Perkembangan ini menjadi katalis tambahan bagi The Fed untuk menaikkan suku bunga acuannya pada meeting Juli 2022.
"Kami memperkirakan The Fed berpotensi menaikkan FFR sebesar 75 bps pada bulan ini," ucap Reny.
Baca Juga: Ketidakpastian Meningkat, Dolar AS Jadi Safe Haven yang Paling Diburu
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Nailul Huda mengatakan selain kekhawatiran inflasi global dan kenaikan bunga, rupiah juga tertekan akibat kenaikan permintaan dolar.
"Investor asing berbondong-bondong menciptakan capital outflow dalam beberapa hari ke belakang. Sehingga IHSG memerah," kata dia. Investor mencari instrumen aman dan kembali memilih dolar AS.
Huda memperkirakan minggu minggu depan rupiah masih akan tertekan dengan pergerakan di kisaran Rp 14.900 per dolar AS-Rp 15.100 per dolar AS. Sedangkan Lukman memproyeksikan rupiah untuk Senin (18/7) akan berada di level Rp 14.925 per dolarAS -Rp 15.050 per dolar AS. Reny memproyeksikan rupiah akan berada di rentang Rp 14.968 per dolar AS-Rp 15.010 per dolar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News