kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Melorot 1,31% Sepekan, IHSG Diproyeksi Tertekan Lagi Pekan Depan


Jumat, 15 Juli 2022 / 19:48 WIB
Melorot 1,31% Sepekan, IHSG Diproyeksi Tertekan Lagi Pekan Depan
ILUSTRASI. Jumat (15/7), IHSG melorot 0,57% ke level 6.651,90.


Reporter: Kenia Intan | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup memerah di akhir pekan ini, Jumat (15/7). Mengutip data RTI Business, IHSG melorot  0,57% ke level 6.651,90. 

Penurunan hari ini semakin menekan pergerakan IHSG dalam sepekan, 11-15 Juli 2022. IHSG tercatat menurun 1,31% dibandingkan dengan penutupan perdagangan Jumat minggu lalu (8/7), yang berada di level 6.740,22. 

Apabila dicermati kembali, pergerakan IHSG pekan ini dibuka memerah selama tiga hari berturut-turut, Senin-Rabu, 11-13 Juli 2022. IHSG sempat menghijau 0,74% ke level 6.690,087 sebelumnya akhirnya ditutup lesu kembali pada perdagangan hari ini, Jumat (15/7). 

Baca Juga: Bursa Asia ditutup Cenderung Melemah Pada Perdagangan Jumat (15/7)

Analis MNC Sekuritas Aqil Triyadi mengungkapkan, pelemahan yang terjadi di awal pekan ini diperberat oleh rilis data inflasi AS yang naik 9,1% year on year (yoy). Kondisi ini berpotensi mendorong suku bunga The Fed, sehingga memunculkan kekhawatiran akan adanya resesi ekonomi AS. Selain itu, rilis data penjualan ritel AS bulan Juni 2022 yang turun  0,3% month on month (mom) turut memberatkan. Adapun katalis penekan lainnya adalah data PDB China kuartal II 2022 yang tumbuh melambat menjadi 0,4% yoy.

Dari dari dalam negeri, katalis-katalis positif justru mewarnai pasar pekan ini. Data PMI oleh Bank Indonesia tercatat tetap ekspansif di kuartal II 2022 menjadi 53,61% dibandingkan 51,77% di kuartal I 2022. Sementara, rilis data neraca dagang Indonesia mencapai US$ 5,09 miliar pada bulan Juni 2022 menambah katalis positif lainnya.

Data-data inilah yang sempat mengerek pergerakan IHSG di hari Kamis (14/7) hingga penutupan perdagangan sesi I hari ini Jumat (15/7).  Untuk pekan depan, 18-22 Juli 2022, Aqil memproyeksikan IHSG masih akan terkoreksi. 

Baca Juga: IHSG Turun 1,31% Sepekan Hingga Jumat (15/7) Diiringi Net Sell Asing Rp 1,7 Triliun

"Dari AS menanti rilis data penjualan rumah Juni 2022, rilis data inflasi Inggris, pengumuman suku bunga ECB, dan dari dalam negeri suku bunga BI," jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7). Secara teknikal ia juga melihat IHSG akan menguji level support di 6.559, sementara level resistance di 6.766. 

Adapaun beberapa saham yang disarankannya pekan depan ada ADMR dengan rekomendasi buy on weakness Rp 1.480-Rp 1.530 per saham, resistance Rp 1.795 per saham, Rp 1.880 per saham, dan sell below Rp 1.480 per saham.

Adapun untuk ABBA bisa buy on weakness di Rp 216-Rp 226 per saham, resistance Rp 256 per saham, Rp 264 per saham, dan sell below Rp 210 per saham.

Untuk BBYB direkomendasikan buy on weakness di Rp 1.170-Rp 1.230 per saham, resistance Rp 1.355 per saham, Rp 1,480 per saham. dan sell below Rp 1.130 per saham. 

Baca Juga: IHSG Turun 0,57% ke 6.651 Hingga Tutup Pasar Jumat (15/7)

Sementara itu, Analis Phillip Sekuritas Helen cenderung menjagokan saham-saham blue chips pekan depan. Harganya yang cukup tertekan bisa menjadi pertimbangan investor. Adapun Helen melihat IHSG juga memiliki kecenderungan melemah minggu depan. 

"Secara teknikal, pergerakan IHSG sepekan depan support di 6.512 resistance di 6.860," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (15/7). 

Helen menambahkan, beberapa faktor yang akan mempengaruhi pergerakan IHSG minggu depan ada kebijakan moneter the Fed, data ekonomi global, serta harga komoditas. Sementara dari dalam negeri, adanya antisipasi rilis kinerja emiten dan hasil RDG Bank Indonesia yang akan digelar Rabu-Kamis 20-21 Juli 2022 menjadi faktor berpengaruh lain. 

Baca Juga: Kurs Rupiah Melemah ke Rp 15.048 Pada Jumat (15/7) Siang, Indeks Dolar Tembus 108

Adapun untuk pelemahan pekan ini, 11-15 Juli 2022, Helen melihat tren inflasi di sejumlah negara menjadi salah satu pemberatnya. Kondisi tersebut berpotensi menaikkan suku bunga dan mendorong pada ancaman resesi.

Sentimen negatif itu cenderung mendominasi dibanding sentimen positif seperti ekspektasi dari rilis kinerja keuangan emiten untuk semester pertama 2022 dan rilis data neraca dagang Indonesia yang mencatatkan surplus sebesar US$ 5,09 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×