kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah masih terjebak di kisaran Rp 14.600 per dollar AS


Kamis, 16 Agustus 2018 / 10:24 WIB
Rupiah masih terjebak di kisaran Rp 14.600 per dollar AS
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: Dimas Andi, Michelle Clysia Sabandar , Sanny Cicilia | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah masih lesu darah pada perdagangan Kamis (16/8). Data ekonomi dalam negeri belum mendukung penguatan mata uang Garuda, sementara pelemahan kurs emerging market masih berlanjut. 

Di pasar spot, rupiah diperdagangkan di Rp 14.618 per dollar AS. Kemarin, kurs rupiah ditutup di level 14.577.

Di perdagangan antarbank, rupiah juga merosot. JAkarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) menunjukkan rupiah diperdagangkan di Rp 14.619 per dollar AS. Sementara kemarin, kurs acuan antarbank ini di level 14.621. 

Ekonom Samuel Sekuritas Indonesia, Ahmad Mikail memperkirakan, pelemahan rupiah dipicu data neraca perdagangan Indonesia di bulan Juli 2018 yang kembali mengalami defisit.

Dia memproyeksikan indeks dollar AS menguat di kisaran 96,50—97,00. Mata uang dollar AS juga berpotensi menguat terhadap hampir semua mata uang utama dunia. Penguatan tersebut didorong oleh kembali melemahnya mata uang lira Turki sebesar 0,7% ke level 5,98 per dollar AS.

“Melemahnya lira mendorong pelemahan pada bursa saham Eropa dan kembali menjadikan aset berdenominasi dollar AS sebagai safe haven,” ujarnya dalam riset hari ini.

Lebih lanjut, pelemahan mata uang lira berdampak negatif terhadap mata uang emerging market lainnya seperti yuan China yang semalam terdepresiasi sebesar 0,74% ke level 6,93 per dollar AS. Pelemahan yuan kemungkinan besar berdampak negatif terhadap rupiah.

Sekadar mengingatkan, defisit neraca perdagangan Indonesia sebesar US$ 2,03 miliar pada bulan Juli tercatat lebih besar ketimbang bulan Juni silam yang surplus sebesar US$ 1,7 miliar. Hasil ini dapat membebani rupiah di tengah pelemahan sejumlah mata uang Asia akibat krisis keuangan di Turki.

“Namun, dengan naiknya tingkat suku bunga acuan BI sebesar 25 bps menjadi 5,5%, tekanan terhadap rupiah hari ini diprediksi tidak akan terlalu besar,” ungkap Mikail.

Mikail memprediksi, rupiah akan bergerak melemah di kisaran Rp 14.650—Rp 14.700 per dollar AS pada hari ini.

Namun, Analis Asia Trade Points Futures, Andri Hardianto menilai, kenaikan BI rate belum sepenuhnya direspons oleh pasar. Sehingga, hal ini yang menyebabkan rupiah kembali melemah dalam perdagangan.

Andri berpendapat, pasar saat ini tengah menanti komitmen dari para pengusaha yang bertemu dengan BI dan Menteri Keuangan kemarin (15/8). "Dalam pertemuan tersebut, para pengusaha diminta untuk menarik devisa hasil ekspor mereka menjadi 100% masuk ke Indonesia," katanya. Saat ini, DHE baru sekitar 80%-81%.

Namun, Andri merasa positif, rupiah bisa menguat dalam perdagangan nanti siang. Apalai jika pertemuan BI, Menteri Keuangan, dan pengusaha tersebut membuahkan hasil yang positif, rupiah masih bisa untuk kembali menguat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×