kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Rupiah masih tergencet isu suku bunga The Fed


Senin, 05 Maret 2018 / 19:02 WIB
Rupiah masih tergencet isu suku bunga The Fed
ILUSTRASI. Nilai tukar rupiah


Reporter: RR Putri Werdiningsih | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi eksternal masih menyetir pergerakan rupiah pada awal pekan ini. Ekspektasi kenaikan suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS) dalam pertemuan Federal Open Market Commitee (FOMC) pada 22 Maret mendatang, mendorong dollar AS unggul di hadapan rupiah.

Mengutip Bloomberg, Senin (5/3), nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,04% ke level Rp 13.762 per dollar AS. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) mencatat valuasi rupiah menguat tipis 0,04% ke level Rp 13.740 per dollar AS.

David Sumual, ekonom PT Bank Central Asia Tbk menilai, sebenarnya ada yang aneh dari pergerakan mata uang Garuda di awal pekan ini. Sentimen yang cukup bervasiasi  tak cukup kuat menahan kejatuhan rupiah. Padahal, seharusnya masih ada beberapa sentimen positif.

“Sikap China yang cukup optimistis menetapkan target pertumbuhan di level 6,5% seharusnya mampu memberi sentimen positif bagi mata uang negara berkembang,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin.

Selain itu, keputusan Presiden AS Donald Trump terkait pemberlakuan bea impor terhadap baja dan aluminium China seharusnya melemahkan greenback. Kata David, kalau hal itu diterapkan maka pada akhirnya ekonomi AS yang akan dirugikan.

Ditambah lagi seharusnya data ekonomi dalam negeri yang cukup positif bisa menguatkan posisi rupiah. Data cadangan devisa bulan Februari diperkirakan naik. Kemudian surat utang global berdenominasi rupiah juga telah masuk dalam indeks pendapatan tetap di Bloomberg Barclays.

“Ini kan harusnya berpotensi membawa dana asing masuk,” terang David.

Nizar Hilmy, analis PT Global Kapital Investama Berjangka mengatakan, saat ini, rupiah tengah berada dalam tren pelemahan. Mata uang Garuda masih berada di level terendah dua tahun terakhir. “Rupiah pada dasarnya masih tertekan rencana kenaikan suku bunga The Fed,” imbuhnya.

Menurut Nizar, sampai sekarang masih belum ada perubahan arah pergerakan rupiah. Kalau di akhir tahun hingga awal tahun rupiah tengah dalam tren penguatan, maka inilah saatnya rupiah melemah. Hanya saja koreksinya jauh lebih dalam dari yang sebelum-sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×