kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Rupiah lemas di hadapan valuta regional


Senin, 05 Maret 2018 / 14:48 WIB
Rupiah lemas di hadapan valuta regional
ILUSTRASI. Teller Menghitung Mata Uang Dollar


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sofyan Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rupiah bukan cuma loyo di depan dollar Amerika Serikat (AS). Dua bulan terakhir, nilai tukar mata uang Garuda ini juga tertunduk lesu di hadapan sejumlah valuta regional.

Per akhir pekan lalu, rupiah turun 1,49% sejak awal tahun terhadap dollar AS. Terhadap euro, rupiah anjlok 4,11%. Di periode yang sama, rupiah juga terkoreksi sekitar 2,72% terhadap dollar Singapura, merosot 5,20% di hadapan ringgit Malaysia dan terseok 5,10% melawan baht Thailand. Bahkan dalam setahun terakhir, rupiah anjlok lebih dalam lagi.

Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menilai, sentimen eksternal menjadi pemicu utama kejatuhan rupiah tahun ini. Selain isu bunga The Fed, rupiah terpapar sentimen kebijakan pengetatan moneter bank Sentral Eropa.

Dari Asia, ada sentimen pengurangan pembelian obligasi US Treasury oleh China dan Jepang, serta kenaikan bunga acuan Malaysia. “Kebijakan ekonomi seperti ini biasanya mempengaruhi mata uang negara yang memiliki kepentingan,” kata Putu, Jumat (2/3).

Ekonom Bank Central Asia David Sumual menambahkan, pada umumnya mata uang sensitif ketika mendapatkan sentimen berupa kebijakan ekonomi, baik moneter maupun fiskal.

Kebijakan ekonomi sejumlah negara tadi sebenarnya bentuk reaksi terhadap pemulihan ekonomi AS. Jadi, isu yang berhubungan dengan perkembangan ekonomi AS masih menjadi fokus utama pasar global di tahun ini.

David tak terlalu mencemaskan koreksi rupiah terhadap mata uang negara selain AS. Sebab, efek kebijakan ekonomi negara selain AS umumnya hanya berskala regional. Lagi pula, pemerintah Indonesia tak menjadikan valuta negara itu sebagai acuan.

Terlepas koreksi di hadapan mata uang negara tetangga, pelemahan rupiah terhadap dollar AS masih perlu mendapat prioritas utama. “Jadi percuma saja kalau rupiah menguat terhadap yen atau yuan, tapi dibandingkan dollar AS melemah,” kata David.

Ekonom Bank Permata, Josua Pardede sepakat, posisi rupiah baru bisa dikatakan aman jika mampu mengungguli dollar AS. Meski begitu, dia memandang rupiah baru akan lepas dari tekanan dollar AS setelah agenda rapat Federal Open Market Committee pada 21 Maret nanti. Saat itu, The Fed akan memutuskan arah bunga acuan.

Saat ini, volatilitas rupiah dan valuta lain masih cukup tinggi mengingat investor diliputi kecemasan efek kenaikan bunga The Fed. Ekspektasi kenaikan bunga The Fed juga mendongkrak imbal hasil US Treasury, sehingga imbal hasil surat utang negara (SUN) ikut naik. Imbasnya, nilai tukar rupiah sulit menguat, mengingat harga SUN masih mengalami koreksi.

David optimistis setelah agenda FOMC selesai, rupiah akan menemukan kembali momentum untuk menguat terhadap valuta global. Pasalnya, pada April dan Mei diperkirakan tak ada sentimen eksternal yang berpengaruh signifikan terhadap pergerakan rupiah di pasar.

Yang pasti, pemerintah perlu menjaga fundamental ekonomi domestik di tengah hantaman isu eksternal. “Selama ekonomi Indonesia memuaskan, rupiah akan tetap di level wajar,” imbuh David.

Josua pun menilai potensi kenaikan peringkat utang Indonesia dari Moody’s Investors Service dan Standard & Poor’s bisa menjadi bahan bakar bagi rupiah dalam jangka menengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×