Reporter: Pulina Nityakanti | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR) menanggapi terkait kondisi pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dan dampaknya ke kinerja Adaro Minerals.
Asal tahu saja, rupiah spot ditutup pada level Rp 16.100 per dolar Amerika Serikat (AS) di akhir perdagangan Selasa (14/5). Ini melemah 0,12% dari sehari sebelumnya yang ada di Rp 16.081 per dolar AS.
Direktur ADMR Heri Gunawan mengatakan, pendapatan Adaro Minerals tercatat dalam dolar AS. Meskipun Adaro Minerals diuntungkan dengan kondisi tersebut, tetapi pengeluaran dan beban juga tetap dibayarkan dalam bentuk dolar AS.
“Biaya cadangan dan gaji juga masih menggunakan rupiah. Sehingga, pelemahan rupiah terhadap dolar AS ini juga tidak berdampak signifikan ke kinerja kami,” ujarnya dalam konferensi pers RUPST ADMR, Selasa (14/5).
Baca Juga: Bukan Untuk Dividen, Ini Penggunaan Laba Bersih Adaro Minerals (ADMR) Tahun 2023
Melansir laporan keuangan, ADMR mencetak laba bersih sebesar US$ 118,13 juta sepanjang kuartal I-2024. Realisasi tersebut naik 36% dari capaian di periode yang sama tahun 2023 yang hanya sebesar US$ 87,1 juta.
Kenaikan laba bersih ADMR sejalan dengan peningkatan kinerja top line-nya. Anak usaha PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) ini mencetak pendapatan usaha senilai US$ 274,54 juta. Artinya, pendapatan usaha ADMR naik 15% dari pendapatan di kuartal I-2023 sebesar US$ 238,25 juta.
Di tahun 2024, ADMR mengincar pertumbuhan penjualan 4,9 juta ton hingga 5,4 juta ton batubara metalurgi. Jika dibandingkan dengan periode sebelumnya, target ini naik hingga 21,08%.
Direktur ADMR Heri Gunawan mengatakan, modal belanja alias capital expenditure (capex) ADMR sekitar US$ 175 juta-US$ 250 juta. “Ini akan difokuskan untuk investasi ekuitas di smelter aluminium PT Kalimantan Aluminium Industry (KAI) serta proyek-proyek infrastruktur di PT Maruwai Coal (MC),” ujarnya dalam kesempatan yang sama.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News