kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,51   -5,84   -0.63%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah Masih Kuat di Awal 2023, Simak Rekomendasi Saham yang Terpapar Angin Segar


Rabu, 25 Januari 2023 / 20:24 WIB
Rupiah Masih Kuat di Awal 2023, Simak Rekomendasi Saham yang Terpapar Angin Segar
ILUSTRASI. Rekomendasi saham yang mendapat keuntungan dari rupiah


Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Nilai tukar rupiah menguat di awal tahun 2023, hingga mampu melaju di bawah level Rp 15.000 per dolar Amerika Serikat (AS). Secara year to date (YTD), penguatan rupiah terhadap dolar AS mencapai 3,9%.

Meski rupiah ditutup melemah 0,52% ke posisi Rp 14.965 per dolar AS pada Rabu (25/1), namun tren penguatan kurs di awal tahun menjadi angin segar bagi sebagian emiten. Salah satunya dari sektor farmasi.

Sekretaris Perusahaan PT Phapros Tbk (PEHA) Zahmilia Akbar mengungkapkan,  penguatan rupiah akan berdampak pada efisiensi di beberapa aspek. Salah satunya pada bahan baku, yang mana saat ini angka impor untuk produksi obat masih cukup tinggi.

PEHA pun tetap menyiapkan langkah antisipasi terhadap fluktuasi kurs pada tahun ini. Di antaranya, PEHA melakukan perencanaan dan realisasi pembelian bahan baku untuk kebutuhan beberapa bulan ke depan, khususnya yang masih impor.

"Hal ini menjadi fokus dari bagian supply chain kami untuk mencegah dampak berlebihan pada bisnis. Kami juga melakukan beberapa usaha antara lain long term agreement dengan vendor di luar negeri," kata Zahmilia kepada Kontan.co.id, Rabu (25/1).

Baca Juga: Penguatan Beruntun Rupiah Terhenti, Simak Prediksinya Pada Kamis (26/1)

Sedangkan bagi korporasi multi bisnis seperti PT Astra International Tbk (ASII), penguatan kurs rupiah memberikan dampak yang beragam. Head of Investor Relations ASII, Tira Ardianti mengatakan, dampak terkait exposure nilai tukar tergantung konteks bisnis perusahaan di Grup Astra.

"Nilai tukar yang menguat ini terus berlanjut atau sementara, tak ada yang bisa prediksi. Jadi dampaknya sulit dinilai saat ini. Untuk melihat dampak ke bisnisnya harus pada kurun waktu tertentu," kata Tira.

Research & Consulting Manager Infovesta Utama Nicodimus Kristiantoro menyoroti, penguatan rupiah tak lepas dari efek pengetatan Devisa Hasil Ekspor (DHE). Instrumen DHE akan membuat cadangan dolar dalam negeri melimpah, sehingga cadangan devisa juga meningkat.

Hal itu akan berkontribusi terhadap stabilisasi nilai Rupiah, apalagi di tengah pelemahan indeks dolar global. "Penguatan Rupiah saya nilai dapat lama bertahan di bawah Rp15.000 dengan perubahan yang lebih stabil," terang Nico.

Head of Investment Information Mirae Asset Sekuritas, Roger MM, menambahkan penguatan rupiah menjadi katalis positif bagi pasar saham. Adapun, pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terjadi dalam dua hari beruntun ini masih merupakan koreksi wajar.

"Investor masih wait and see menjelang publish laporan keuangan akhir tahun 2022. Koreksi saat ini masih wajar karena secara fundamental penguatan rupiah menumbuhkan kepercayaan investor," ujar Roger.

Selain itu, penguatan rupiah turut membuat inflasi lebih stabil, biaya produksi bisa lebih terkontrol, dan beban utang valuta asing yang lebih ringan. "Banyak sektor yang diuntungkan dari penguatan rupiah seperti konsumer, farmasi, dan perusahaan yang berbasis importir," imbuh Roger.

 

Head of Retail Research Sinarmas Sekuritas, Ike Widiawati, sepakat bahwa penguatan rupiah akan menjadi angin segar bagi emiten yang banyak mengimpor bahan baku. Lantaran akan ada pemangkasan biaya dan bisa mendorong kenaikan laba.

Pada sektor farmasi dan industri yang membutuhkan bahan baku impor, Ike menjagokan saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan ASII. Sedangkan untuk emiten ritel yang banyak menjual produk berbasis impor, saham pilihan Ike adalah PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo turut melihat penguatan rupiah akan menjadi katalis positif bagi pasar saham. Sementara pelemahan IHSG saat ini lebih karena aksi profit taking pasca lonjakan 3,5% pada pekan lalu.

Soal penguatan rupiah, Wisnu mencermati saham consumer non-cyclicals dan farmasi. Saham pilihannya adalah PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) dan KLBF. Untuk KLBF, rekomendasi masih netral. Sedangkan UNVR, bisa dibeli dengan target harga Rp 5.400.

Sementara itu, Nico menyematkan rekomendasi buy untuk saham ASII. Dengan lini bisnis yang luas, ASII punya prospek yang cerah. Pelaku pasar disarankan mencermati support Rp 5.625 dan target resistance terdekat di Rp 6.350.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×