Reporter: Namira Daufina | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Pelemahan nilai tukar rupiah walaupun masih berada dalam range yang sempit, berpeluang untuk terus menurun. Bahkan diperkirakan, pada pertengahan tahun koreksi terhadap rupiah semakin melebar.
Di pasar spot, Rabu (20/5) nilai tukar rupiah terhadap USD melemah 0,58% ke level Rp 13.175 dibanding hari sebelumnya. Namun di kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,10% dibanding USD di level Rp 13.169.
Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures mengatakan, penurunan yang terjadi disebabkan oleh katalis positif dari eksternal. Terutama pada pergerakan USD di pasar global.
Salah satu yang mendorong penguatan USD adalah indikasi penambahan stimulus yang muncul dari Eropa. European Central Bank (ECB) memutuskan menggenjot kembali quantitative easing dengan penambahan porsi pembelian obligasi.
Hal ini membuat euro terpuruk dan memberikan kesempatan bagi USD semakin unggul di pasar. “Tidak ada penahan dari mata uang dunia lainnya bagi laju penguatan dollar AS saat ini. Maka tidak heran rupiah melemah,” papar Nizar.
Walaupun memang ini dilakukan ECB untuk menggenjot perekonomian Eropa namun untuk jangka pendek keputusan ini malah menekan mata uang euro.
Ke depannya, Nizar menilai penurunan masih akan terus membayangi pergerakan rupiah. “Tekanan akan semakin besar mendekati pertengahan tahun atau bulan Juni 2015 nanti,” duganya.
Pasalnya, di pertengahan tahun nanti impor Indonesia diperkirakan akan menanjak. “Biasanya bulan puasa, permintaan dan kebutuhan bahan baku akan naik, ini akan meningkatkan impor,” jelas Nizar. Peningkatan impor akan mendatangkan sentimen negatif bagi rupiah.
Tidak hanya itu, pada pertengahan tahun juga Indonesia akan dibayangi oleh tenggat waktu pembayaran utang internasional. Yang mana akibatnya permintaan terhadap USD akan terus meningkat.
“Sampai pertengahan tahun ini bisa terus turun bahkan mungkin mendekati Rp 13.500 – Rp 14.000 di Juni dan Juli 2015,” prediksi Nizar. Hal ini disebabkan kalau berkaca dari data ekonomi dalam negeri kuartal satu 2015, belum terlihat pertumbuhan yang signifikan. Sehingga saat ini faktor eksternal menjadi katalis utama penggerak rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News