Reporter: Grace Olivia | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan ini, kurs rupiah di pasar spot melemah. Data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang masih positif membuat rupiah tak mampu melanjutkan penguatan pada pekan lalu.
Kemarin, kurs spot rupiah turun 0,27% ke Rp 13.560 per dollar AS. Penguatan ini terjadi karena indeks kepercayaan konsumen AS naik. University of Michigan merilis indeks keyakinan konsumen naik ke 99,9 dari 95,7 bulan sebelumnya.
Jumlah izin membangun tempat tinggal yang dikeluarkan di Januari juga naik jadi 1,4 juta izin dari 1,3 juta izin bulan sebelumnya. "Ini menunjukkan kebijakan pemotongan pajak oleh pemerintahan AS berdampak positif, sehingga menjadi sentimen negatif buat mata uang emerging market," kata Ekonom Bank Central Asia (BCA) David Sumual, Senin (28/2).
Sementara dari dalam negeri belum ada katalis positif yang mampu mendorong rupiah menguat. "Neraca perdagangan dan hasil Rapat Dewan Gubernur BI terkait suku bunga pekan lalu tidak begitu substansial untuk memengaruhi rupiah," tambah David.
Namun, keperkasaan the greenback diprediksi tak akan lama. Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra bilang, pelaku pasar sejatinya masih meragukan ekonomi AS tahun ini. Apalagi data teranyar, penjualan ritel Negeri Paman Sam turun 0,3%.
Hal tersebut juga membuat pelaku pasar mulai meragukan rencana The Federal Reserve menaikan suku bunga pada Maret mendatang. Padahal inflasi tahunan AS per Januari telah tembus 2,1%. "Pelaku pasar meragukan ekonomi AS bisa terus membaik jika nanti suku bunga acuan dinaikkan," ujar Putu. Karena itu, tak heran jika kurs tengah rupiah versi Bank Indonesia malah menguat 0,21% jadi Rp 13.540 per dollar AS.
Karena katalis negatif tersebut, Putu yakin rupiah hari ini dapat membalikkan keadaan dan menguat tipis dalam rentang pergerakan Rp 13.510–Rp 13.575 per dollar AS. Sementara David memprediksi nilai tukar rupiah hari ini akan bergerak di kisaran Rp 13.500–13.580 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News