Reporter: Grace Olivia | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mengawali pekan ini, rupiah lebih bertenaga melawan dollar AS. Sokongan sentimen eksternal dan domestik meredam pelemahan tajam mata uang Garuda.
Senin (2/4), Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) mencatat, rupiah menguat tipis 0,04% ke level Rp 13.750 per dollar AS. Meski demikian, nilai tukar rupiah di pasar spot masih melemah 0,18% ke level Rp 13.753.
Analis Monex Investindo, Faisyal menilai, hari ini, rupiah sejatinya cenderung menguat. Menurutnya, rupiah disokong dua faktor utama dari eksternal maupun domestik.
Pertama, mencuatnya kembali ketegangan antara AS dan China terkait kebijakan perdagangan. China memutuskan untuk menaikkan tarif impor 128 produk AS hingga mencapai 25%. Aksi ini merupakan respons balasan China atas penetapan tarif impor aluminium dan baja yang dikenakan oleh AS.
"Kekhawatiran kembali muncul di tengah pasar sehingga indeks dollar tertekan," ujar Faisyal, (2/4). Mengutip Bloomberg, pukul 17.25 WIB, indeks dollar di pasar spot melemah 0,08% ke level 89,905.
Selain itu, ada juga faktor domestik yang turut menambah tenaga bagi rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS), hari ini, merilis inflasi Maret 2018 sebesar 0,2%. Sementara, secara tahunan tingkat inflasi sebesar 3,4%.
"Angka inflasi yang dirilis cukup positif dan masih dalam target Bank Indonesia di kisaran 3%. Ini menjadi tambahan sentimen positif untuk rupiah," kata Faisyal.
Ia menduga, Selasa (3/4), rupiah masih punya peluang menguat. Pasalnya, data indeks manufaktur AS yang akan dirilis malam ini diprediksi lebih rendah dari sebelumnya, yaitu turun dari 60,8 menjadi 60,1.
Di sisi lain, meski mendapat keuntungan dari memanasnya isu perang dagang, rupiah tidak akan menguat signifikan. Sebab, walau bagaimana pun rupiah masih menjadi salah satu aset berisiko.
Oleh karena itu, Faisyal memprediksi, rupiah bisa lanjut menguat namun terbatas di rentang Rp 13.719-Rp 13.780 per dollar AS.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News